Jumat, 07 Februari 2014

Ascaris Lumbricoides



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Infeksi cacing usus masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia. Dikatakan pula bahwa masyarakat pedesaan atau daerah perkotaan yang sangat padat dan kumuh merupakan sasaran yang mudah terkena infeksi cacing (Moersintowarti, 1992).
Beberapa penyebab infeksi cacing usus adalah Ascaris lumbricoides, ancylostoma duodenale, dan necator americanus yang termasuk dalam kelas nematoda.

1.2  Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atas, penyusun membagi rumusan masalah menjadi beberapa bagian, diantaranya:
  1. Ascaris Lumbricoides, meliputi pengertian; siklus hidup dan cara penularan, cara pengobatan; dan bagaimana cara untuk mencegah ascaris lumbricoides menyerang manusia.
  2. Ancylostoma Duodenale, meliputi pengertian; siklus hidup dan cara penularan; cara pengobatan; dan bagaimana cara untuk mencegah ancylostoma duodenale menyerang manusia.
  3. Necator Americanus, meliputi pengertian; siklus hidup dan cara penularan; cara pengobatan; dan bagaimana cara untuk mencegah necator americanus menyerang manusia

1.3  Tujuan
1.      Mengetahui apa itu ascaris lumbrocoides dan bagaimana pencegahan serta pengobatannya
2.      Mengetahui apa itu ancylostoma duodenale dan bagaimana pencegahan serta pengobatannya
3.      Mengetahui apa itu necator americanus dan bagaimana pencegahan serta pengobatannya
1.4  Manfaat
Makalah ini di susun agar pembaca dapat mengetahui apa saja yang dapat menginfeksi dan dapat melakukan tindakan pencegahan sehingga mengurangi resiko terinfeksi parasit.  
 

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ascaris Lumbricoides
     Cacing ini merupakan parasit yang kosmopolit yaitu tersebar diseluruh dunia, lebih banyak di temukan di daerah beriklim panas dan lembab. Di beberapa daerah tropik derajat infeksi dapat mencapai 100% dari penduduk. Pada umumnya lebih banyak ditemukan pada anak-anak berusia 5 –10 tahun sebagai host (penjamu) yang juga menunjukkan beban cacing yang lebih tinggi (Haryanti, E,
1993).
      Cacing dapat mempertahankan posisinya didalam usus halus karena aktivitas otot-otot ini. Jika otot-otot somatik di lumpuhkan dengan obat-obat antelmintik, cacing akan dikeluarkan dengan pergerakan peristaltik normal. Tantular, K (1980) yang dikutip oleh Moersintowarti. (1992) mengemukakan bahwa 20 ekor cacing Ascaris lumbricoides dewasa didalam usus manusia mampu mengkonsumsi hidrat arang sebanyak 2,8 gram dan 0,7 gram protein setiap hari. Dari hal tersebut dapat diperkirakan besarnya kerugian yang disebabkan oleh infestasi cacing dalam jumlah yang cukup banyak sehingga menimbulkan keadaan kurang gizi (malnutrisi).

2.1.1 Morfologi
          Cacing betina dewasa mempunyai bentuk tubuh posterior yang membulat (conical), berwarna putih kemerah-merahan dan mempunyai ekor lurus tidak melengkung. Cacing betina mempunyai panjang 22 - 35 cm dan memiliki lebar 3 - 6 mm. Sementara cacing jantan dewasa mempunyai ukuran lebih kecil, dengan panjangnya 12 - 13 cm dan lebarnya 2 - 4 mm, juga mempunyai warna yang sama dengan cacing betina, tetapi mempunyai ekor yang melengkung kearah ventral. Kepalanya mempunyai tiga bibir pada ujung anterior (bagian depan) dan mempunyai gigi-gigi kecil atau dentikel pada pinggirnya, bibirnya dapat ditutup atau dipanjangkan untuk memasukkan makanan (Soedarto,1991).
          Pada potongan melintang cacing mempunyai kutikulum tebal yang berdampingan dengan hipodermis dan menonjol kedalam rongga badan sebagai korda lateral. Sel otot somatik besar dan panjang dan terletak di hipodermis; gambaran histologinya merupakan sifat tipe polymyarincoelomyarin. Alat reproduksi dan saluran pencernaan mengapung didalam rongga badan, cacing jantan mempunyai dua buah spekulum yang dapat keluar dari kloaka dan pada cacing betina, vulva terbuka pada perbatasan sepertiga badan anterior dan tengah, bagian ini lebih kecil dan dikenal sebagai cincin kopulasi.
          Telur yang di buahi (fertilized) berbentuk ovoid dengan ukuran 60-70 x 30-50 mikron. Bila baru dikeluarkan tidak infektif dan berisi satu sel tunggal. Sel ini dikelilingi suatu membran vitelin yang tipis untuk meningkatkan daya tahan telur cacing tersebut terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga dapat bertahan hidup sampai satu tahun. Di sekitar membran ini ada kulit bening dan tebal yang dikelilingi lagi oleh lapisan albuminoid yang permukaanya tidak teratur atau berdungkul (mamillation).
          Lapisan albuminoid ini kadang-kadang dilepaskan atau hilang oleh zat kimia yang menghasilkan telur tanpa kulit (decorticated). Didalam rongga usus, telur memperoleh warna kecoklatan dari pigmen empedu. Telur yang tidak dibuahi (unfertilized) berada dalam tinja, bentuk telur lebih lonjong dan mempunyai ukuran 88-94 x 40-44 mikron, memiliki dinding yang tipis, berwarna coklat dengan lapisan albuminoid yang kurang sempurna dan isinya tidak teratur.
                   

2.1.2   Siklus Hidup
Manusia merupakan satu-satunya hospes definitif Ascaris lumbricoides, jika tertelan telur yang infektif, maka didalam usus halus bagian atas telur akan pecah dan melepaskan larva infektif dan menembus dinding usus masuk kedalam vena porta hati yang kemudian bersama dengan aliran darah menuju jantung kanan dan selanjutnya melalui arteri pulmonalis ke paru-paru dengan masa migrasi berlangsung selama sekitar 15 hari.
Dalam paru-paru larva tumbuh dan berganti kulit sebanayak 2 kali, kemudian keluar dari kapiler, masuk ke alveolus dan seterusnya larva masuk sampai ke bronkus, trakhea, laring dan kemudian ke faring, berpindah ke osepagus dan tertelan melalui saliva atau merayap melalui epiglotis masuk kedalam traktus digestivus. Terakhir larva sampai kedalam usus halus bagian atas, larva berganti kulit lagi menjadi cacing dewasa. Umur cacing dewasa kira-kira satu tahun, dan kemudian keluar secara spontan.
Siklus hidup cacing ascaris mempunyai masa yang cukup panjang, dua bulan sejak infeksi pertama terjadi, seekor cacing betina mulai mampu mengeluarkan 200.000 – 250.000 butir telur setiap harinya, waktu yang diperlukan adalah 3 – 4 minggu untuk tumbuh menjadi bentuk infektif. Menurut penelitian stadium ini merupakan stadium larva, dimana telur tersebut keluar bersama tinja manusia dan diluar akan mengalami perubahan dari stadium larva I sampai stadium III yang bersifat infektif. Telur-telur ini tahan terhadap berbagai desinfektan dan dapat tetap hidup bertahun-tahun di tempat yang lembab. Didaerah hiperendemik, anak-anak terkena infeksi secara terus-menerus sehingga jika beberapa cacing keluar, yang lain menjadi dewasa dan menggantikannya. Jumlah telur ascaris yang cukup besar dan dapat hidup selama beberapa tahun maka larvanya dapat tersebar dimana-mana, menyebar melalui tanah, air, ataupun melalui binatang. Maka bila makanan atau minuman yang mengandung telur ascaris infektif masuk kedalam tubuh maka siklus hidup cacing akan berlanjut sehingga larva itu berubah menjadi cacing. Jadi larva cacing ascaris hanya dapat menginfeksi tubuh melalui makanan yang tidak dimasak ataupun melalui kontak langsung dengan kulit.
2.1.3   Epidemiologi Ascaris
Pada umumnya frekuensi tertingi penyakit ini diderita oleh anak-anak sedangkan orang dewasa frekuensinya rendah. Hal ini disebabkan oleh karena kesadaran anak-anak akan kebersihan dan kesehatan masih rendah ataupun mereka tidak berpikir sampai ke tahap itu. Sehinga anak-anak lebih mudah diinfeksi oleh larva cacing Ascaris misalnya melalui makanan, ataupun infeksi melalui kulit akibat kontak langsung dengan tanah yang mengandung telur Ascaris lumbricoides.
Faktor host merupakan salah satu hal yang penting karena manusia sebagai sumber infeksi dapat mengurangi kontaminasi ataupun pencemaran tanah oleh telur dan larva cacing, selain itu manusia justru akan menambah polusi lingkungan sekitarnya.
Di pedesan kasus ini lebih tinggi prevalensinya, hal ini terjadi karena buruknya sistem sanitasi lingkungan di pedesaan, tidak adanya jamban sehingga tinja manusia tidak terisolasi sehingga larva cacing mudah menyebar. Hal ini juga terjadi pada golongan masyarakat yang memiliki tingkat sosial ekonomi yang rendah, sehingga memiliki kebiasaan membuang hajat (defekasi) ditanah, yang kemudian tanah akan terkontaminasi dengan telur cacing yang infektif dan larva cacing yang seterusnya akan terjadi reinfeksi secara terus menerus pada daerah endemik (Brown dan Harold,1983). Perkembangan telur dan larva cacing sangat cocok pada iklim tropik dengan suhu optimal adalah 23 o C sampai 30o C. Jenis tanah liat merupakan tanah yang sangat cocok untuk perkembangan telur cacing, sementara dengan bantuan angin maka telur cacing yang infektif bersama dengan debu dapat menyebar ke lingkungan.

2.1.4   Cara Penularan
Penularan Ascariasis dapat terjadi melalui bebrapa jalan yaitu masuknya telur yang infektif ke dalam mulut bersama makanan atau minuman yang tercemar, tertelan telur melalui tangan yang kotor dan terhirupnya telur infektif bersama debu udara dimana telur infektif tersebut akan menetas pada saluran pernapasan bagian atas, untuk kemudian menembus pembuluh darah dan memasuki aliran darah (Soedarto, 1991).

2.1.5   Gejala-Gejala yang Timbul
1.      Reaksi terhadap larva migran
      Sewaktu larva bermigrasi menembus dinding intestinum dan alveolus terjadi perdarahan kecil-kecil. Penderita akan demam, batuk-batuk, dan kadang-kadang terjadi hemoptysis.
2.      Reaksi terhadap cacing dewasa
      Gejala berupa nyeri perut biasanya di daerah epygastrium atau daerah umbilicus, perut buncit, muntah dan kadang-kadang obstitasi.
Seringkali ascariasis tidak menunjukkan gejala sama sekali. Komplikasi yang sering terjadi adalah obstruksi intestinal, baik partial maupun total. Obstruksinya biasanya terjadi di dalam iliocecal. Bahan pemeriksaan laboratorium adalah feses penderita untuk menemukan telurnya atau cacing dewasanya. Pencegahan dengan meningkatkan hygiene pribadi dan senitasi lingkungan. Selain itu, hindari memakan sayuran mentah atau makanan lain yang terkontaminasi telurnya.

2.1.6     Pencegahan dan Pengobatan
Berdasarkan kepada siklus hidup dan sifat telur cacing ini, maka upaya pencegahannya dapat dilakukan sebagai berikut :

·      Penyuluhan kesehatan
      Penyuluhan kesehatan tentang sanitasi yang baik dan tepat guna, Hygiene keluarga dan hygiene pribadi seperti :
a.       Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman.
b.      Sebelum melakukan persiapan makanan dan hendak makan, tangan dicuci terlebih dahulu dengan menggunkan sabun.
c.       Bagi yang mengkonsumsi sayuran segar (mentah) sebagai lalapan, hendaklah dicuci bersih dan disiram lagi dengan air hangat. Karena telur cacing Ascaris dapat hidup dalam tanah selama bertahun-tahun, pencegahan dan pemberantasan di daerah endemik adalah sulit.

·      Pengobatan penderita
            Bila mungkin, semua yang positif sebaiknya diobati, tanpa melihat beban cacing karena jumlah cacing yang kecilpun dapat menyebabkan migrasi ektopik dengan akibat yang membahayakan. Untuk pengobatan tentunya semua obat dapat digunakan untuk mengobati Ascariasis, baik untuk pengobatan perseorangan maupun pengobatan massal. Pada waktu yang lalu obat yang sering dipakai seperti : piperazin, minyak chenopodium, hetrazan dan tiabendazol. Oleh karena obat tersebut menimbulkan efek samping dan sulitnya pemberian obat tersebut, maka obat cacing sekarang ini berspektrum luas, lebih aman dan memberikan efek samping yang lebih kecil dan mudah pemakaiannya (Soedarto, 1991).

       Adapun obat yang sekarang ini dipakai dalam pengobatan adalah :
§  Mebendazol.
§  Pirantel Pamoat.
§  Levamisol Hidroklorida.
§  Garam Piperazin.
                                   
2.2    Ancylostoma Duodenale
Ancylostoma duodenale, seorang anggota Ancylostomidae, juga sering disebut sebagai "cacing tambang". Dengan demikian, cacing tambang memiliki kemampuan untuk kawin dan jatuh tempo pada usus kecil inangnya.  Ancylostoma duodenale berlimpah di seluruh dunia, termasuk negara-negara berikut: Eropa selatan, Afrika utara, India, Cina, Asia Tenggara, beberapa daerah di Amerika Serikat, Karibia, dan Amerika Selatan.

2.2.1 Morfologi
Ancylostoma duodenale memiliki dua piring ventral di margin anterior dari kapsul bukal. Masing-masing dari mereka memiliki dua gigi besar yang tergabung di pangkalan mereka. Sepasang gigi kecil dapat ditemukan di kedalaman kapsul bukal. Jantan  8 mm sampai 11 mm panjang dengan bursa copulatory pada bagian belakang. Ia juga memiliki spikula jarum yang tidak menyatu dan memiliki tips sederhana. Betina  adalah 10 mm sampai 13 mm panjang dengan vulva yang terletak pada bagian belakang dan dapat berbaring 10.000 hingga 30.000 telur per hari. jangka hidup mereka adalah satu tahun.

2.2.2   Siklus Hidup
Ketika larva filariform (stadium infektif) menembus kulit utuh, larva memasuki sirkulasi darah. Kemudian dibawa ke paru-paru, batuk dan menelan kembali ke usus kecil. larva itu kemudian jatuh tempo menjadi dewasa dalam usus dan cacing betina kecil dapat meletakkan 25.000 telur per hari. Telur yang dilepaskan ke dalam kotoran dan tinggal di tanah. telur ayam di tanah akan menetas menjadi remaja 1 tahap (tahap rhabditiform atau noninfective) dan dewasa menjadi larva filariform. Larva filariform kemudian dapat menembus kulit lain terkena dan memulai siklus baru infeksi manusia.
2.2.3   Epidemiologi
Ancylostoma duodenale adalah cacing tambang pertama yang siklus hidup diterangi. Hal ini lazim di Eropa selatan, Afrika utara, India, Cina, dan Asia Tenggara, daerah kecil Amerika Serikat, Kepulauan Karibia, dan Amerika Selatan. cacing tambang ini dikenal di tambang karena konsistensi dalam suhu dan kelembaban yang menyediakan habitat yang ideal bagi telur dan perkembangan anak. Diperkirakan 1 milyar orang terinfeksi cacing tambang. Transmisi Ancylostoma duodenale adalah dengan kontak kulit dengan tanah yang terkontaminasi dengan larva.

2.2.4 Cara Penularan
       Ancylostoma duodenale tidak menular antar manusia. Ancylostoma duodenale larva cacing yang ditularkan ke orang melalui kulit atau dengan sengaja makan tanah yang tercemar. Tentang penyakit menular dan Penularan: Penularan penyakit menular dan mengacu pada cara mudah penyebaran Ancylostoma duodenale mungkin dari satu orang ke orang lain. Kata-kata lain untuk penyakit menular termasuk "infeksi", "menular", "transmisi" atau "transmissability". Penularan tidak ada hubungannya dengan genetika atau penyakit mewarisi dari orang tua. Untuk gambaran umum tentang penyakit menular, lihat Pengantar Contagion .

2.2.5   Gejala-gejala yang Timbul
Cahaya infeksi menyebabkan sakit perut, kehilangan nafsu makan dan geophagy . Infeksi berat menyebabkan kekurangan protein yang parah atau anemia defisiensi besi. kekurangan protein mungkin memiliki kulit kering, edema dan perut gendut, sementara anemia kekurangan zat besi mungkin telah kusam mental dan gagal jantung.

2.2.6   Pencegahan dan Pengobatan
·         Pencegahan
Pendidikan, sanitasi dan pembuangan kotoran manusia terkendali adalah penting. Mengenakan sepatu di daerah endemis dapat mengurangi prevalensi infeksi juga.
·         Pengobatan
Ancylostoma duodenale dapat diobati dengan albendazol, mebendazol dan benzimidazoles. pamoate pyrantel adalah alternatif. Dalam kasus yang parah anemia, transfusi darah mungkin diperlukan.

2.3    Necator Americanus
Necator americanus adalah spesies Necator . Ini adalah kelas dalam filum Nematoda dan umumnya dikenal sebagai cacing tambang Dunia Baru. Ini adalah cacing nematoda parasit yang hidup di usus kecil penghuni seperti manusia, anjing dan kucing. Hal ini bertanggung jawab untuk Necatoriasis . Sejak Necator americanus dan Ancylostoma duodenale (cacing tambang juga dikenal sebagai Dunia Lama) adalah dua manusia yang hampir kebanyakan cacing kait, mereka biasanya dibahas bersama sebagai infeksi cacing tambang. Mereka hanya berbeda dalam distribusi geografis, struktur mulut dan ukuran relatif.

2.3.1 Morfologi                                
          Parasit ini memiliki dua punggung dan dua pelat pemotong ventral di sekitar margin anterior dari kapsul bukal. Mereka juga memiliki sepasang subdorsal dan sepasang gigi subventral yang terletak dekat ke belakang. Pria biasanya 7mm-9mm panjang, sementara perempuan adalah sekitar 9mm-11mm panjang. Rentang kehidupan khas dari parasit adalah tiga sampai lima tahun. Mereka dapat menghasilkan manapun antara 5000 hingga 10.000 telur per hari.
 
2.3.2        Siklus Hidup
Cacing ini mulai keluar sebagai telur unembryonated dalam tanah. Setelah 24-48 jam di bawah kondisi yang menguntungkan, menjadi telur berembrio dan menetas. Tahap pertama 1 remaja dikenal sebagai rhabditiform. Rhabditiform larva tumbuh dan berganti bulu dalam tanah berubah menjadi tahap muda 2. Tahap muda 2 molts sekali lagi sampai mencapai tahap 3 remaja yang juga disebut filariform, ini juga bentuk infektif. Transformasi dari rhabditiform ke filariform biasanya membutuhkan waktu 5 sampai 10 hari.
Bentuk larva ini dapat menembus kulit manusia, perjalanan melalui pembuluh darah dan jantung, mencapai paru-paru. Setelah di sini, mereka bersembunyi melalui alveoli paru-paru dan perjalanan sampai trakea di mana mereka ditelan dan diperuntukkan bagi usus kecil. Ini adalah di mana mereka dewasa dan bereproduksi menjadi dewasa dengan melampirkan sendiri ke dinding usus menyebabkan peningkatan kehilangan darah oleh tuan rumah. Telur berakhir di tanah setelah meninggalkan tubuh melalui tinja. Rata-rata, kebanyakan cacing dewasa dieliminasi dalam 1 sampai 2 tahun. N. siklus hidup americanus hanya sedikit berbeda dari A. duodenale. N. americanus tidak memiliki penangkapan pembangunan di host kekebalan dan perlu untuk itu untuk bermigrasi melalui paru-paru.

2.3.3   Epidemiologi
          Necator americanus pertama kali ditemukan di Brazil dan kemudian ditemukan di Texas. Kemudian ditemukan di pribumi di Afrika, Cina, barat daya kepulauan Pasifik, India dan Asia Tenggara. Parasit ini merupakan parasit tropis dan merupakan spesies yang paling umum pada manusia. Sekitar 95% dari cacing tambang yang ditemukan di wilayah selatan Amerika Serikat N.americanus. Parasit ini ditemukan pada manusia, tetapi juga dapat ditemukan pada babi dan anjing.

2.3.4 Cara Penularan
Transmisi infeksi Necator americanus membutuhkan pengendapan telur yang mengandung kotoran pada teduh, tanah dikeringkan baik dan disukai oleh hangat, lembab (tropis) kondisi. Oleh karena itu, infeksi di seluruh dunia biasanya dilaporkan di tempat-tempat kontak langsung dengan tanah yang terkontaminasi terjadi.

2.3.5 Gejala-Gejala yang Timbul
Ketika cacing dewasa menempel pada vili usus kecil, mereka mengisap darah host yang dapat menyebabkan sakit perut, diare, kram, dan penurunan berat badan yang dapat menyebabkan anoreksia. infeksi berat dapat menyebabkan pengembangan kekurangan zat besi dan anemia mikrositik hipokrom. Bentuk anemia pada anak-anak dapat menimbulkan retardasi fisik dan mental. Infeksi yang disebabkan oleh larva migrans kulit, penyakit kulit pada manusia, ditandai dengan pecah kulit dan gatal parah.

2.3.6 Pencegahan dan pengobatan
·      Pencegahan
Pendidikan, sanitasi, dan pembuangan kotoran manusia terkendali sangat penting untuk pencegahan. Meskipun demikian, memakai sepatu di daerah endemis membantu mengurangi prevalensi infeksi.
·           Pengobatan
Necator americanus parasit americanus dapat diobati dengan menggunakan benzimidazoles, Albendazole dan mebendazol. Satu dosis tunggal oral tetrachloroethene pada waktu perut kosong akan menghilangkan sekitar 90 persen dari parasit. pamoate pyrantel adalah obat alternatif. Cryotherapy merupakan perawatan yang digunakan untuk membunuh cacing. Sebuah transfusi darah mungkin diperlukan pada kasus berat anemia. infeksi ringan biasanya tidak diobati di daerah di mana reinfeksi adalah umum. Suplemen zat besi dan diet tinggi protein akan mempercepat proses pemulihan.
Dalam studi kasus melibatkan 56-60 orang dengan T. trichiura dan / atau N. americanus, hasil menunjukkan bahwa baik Albendazole dan mebendazol adalah 90% efektif dalam menyembuhkan T. trichiura. Namun, Albendazole memiliki angka kesembuhan 95% untuk N. americanus, sedangkan mebendazol hanya memiliki angka kesembuhan 21%. Hal ini menunjukkan Albendazole yang paling efektif untuk mengobati kedua T. trichiura dan N. americanus.


 BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan sebelumnya tentang parasit cacing, dapat di simpulkan bahwa sebagian besar cacing yang masuk ke dalam tubuh manusia akan menginfeksi usus dan berkembang biak di usus manusia. Penularannya melaui fekal oral yang dengan bisa langsung melalui makanan atau minuman yang sudah terinfeksi larva cacing tersebut.
Dengan adanya makalah ini penulis berharap pembaca lebih mengetahui pentingnya kesehatan lingkungan sekitar dan bagaimana cara hidup sehat sehingga bisa melakukan pencegahan sejak dini terhadap cacing penyebab penyakit.

3.2  Saran
Diharapkan setelah membaca makalah ini, pembaca dapat mengerti pentingnya menjaga lingkungan mengingat infeksi yang disebabkan oleh parasit tersebut.

  
DAFTAR PUSTAKA

Levine, norman D. 1977. Parasitologi veteriner. gajah mada university press : N.D.L



Tidak ada komentar:

Posting Komentar