BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Infeksi cacing usus masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia. Dikatakan
pula bahwa masyarakat pedesaan atau daerah perkotaan yang sangat padat dan
kumuh merupakan sasaran yang mudah terkena infeksi cacing (Moersintowarti,
1992).
Beberapa penyebab infeksi cacing usus
adalah Ascaris lumbricoides, ancylostoma duodenale, dan necator americanus yang
termasuk dalam kelas nematoda.
1.2 Rumusan
Masalah
Sesuai
dengan latar belakang di atas, penyusun membagi rumusan masalah menjadi
beberapa bagian, diantaranya:
- Ascaris Lumbricoides, meliputi pengertian; siklus hidup dan cara penularan, cara pengobatan; dan bagaimana cara untuk mencegah ascaris lumbricoides menyerang manusia.
- Ancylostoma Duodenale, meliputi pengertian; siklus hidup dan cara penularan; cara pengobatan; dan bagaimana cara untuk mencegah ancylostoma duodenale menyerang manusia.
- Necator Americanus, meliputi pengertian; siklus hidup dan cara penularan; cara pengobatan; dan bagaimana cara untuk mencegah necator americanus menyerang manusia
1.3 Tujuan
1. Mengetahui
apa itu ascaris lumbrocoides dan bagaimana pencegahan serta pengobatannya
2. Mengetahui
apa itu ancylostoma duodenale dan bagaimana pencegahan serta pengobatannya
3. Mengetahui
apa itu necator americanus dan bagaimana pencegahan serta pengobatannya
1.4
Manfaat
Makalah ini di susun agar pembaca dapat
mengetahui apa saja yang dapat menginfeksi dan dapat melakukan tindakan
pencegahan sehingga mengurangi resiko terinfeksi parasit.
BAB
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Ascaris Lumbricoides
Cacing ini merupakan parasit yang kosmopolit yaitu tersebar
diseluruh dunia, lebih banyak di temukan di daerah beriklim panas dan lembab.
Di beberapa daerah tropik derajat infeksi dapat mencapai 100% dari penduduk.
Pada umumnya lebih banyak ditemukan pada anak-anak berusia 5 –10 tahun sebagai
host (penjamu) yang juga menunjukkan beban cacing yang lebih tinggi (Haryanti,
E,
1993).
Cacing dapat mempertahankan posisinya
didalam usus halus karena aktivitas otot-otot ini. Jika otot-otot somatik di
lumpuhkan dengan obat-obat antelmintik, cacing akan dikeluarkan dengan
pergerakan peristaltik normal. Tantular, K (1980) yang dikutip oleh
Moersintowarti. (1992) mengemukakan bahwa 20 ekor cacing Ascaris lumbricoides
dewasa didalam usus manusia mampu mengkonsumsi hidrat arang sebanyak 2,8 gram
dan 0,7 gram protein setiap hari. Dari hal tersebut dapat diperkirakan besarnya
kerugian yang disebabkan oleh infestasi cacing dalam jumlah yang cukup banyak
sehingga menimbulkan keadaan kurang gizi (malnutrisi).
2.1.1 Morfologi
Cacing betina dewasa mempunyai bentuk tubuh posterior yang
membulat (conical), berwarna putih kemerah-merahan dan mempunyai ekor lurus
tidak melengkung. Cacing betina mempunyai panjang 22 - 35 cm dan memiliki lebar
3 - 6 mm. Sementara cacing jantan dewasa mempunyai ukuran lebih kecil, dengan
panjangnya 12 - 13 cm dan lebarnya 2 - 4 mm, juga mempunyai warna yang sama
dengan cacing betina, tetapi mempunyai ekor yang melengkung kearah ventral.
Kepalanya mempunyai tiga bibir pada ujung anterior (bagian depan) dan mempunyai
gigi-gigi kecil atau dentikel pada pinggirnya, bibirnya dapat ditutup atau
dipanjangkan untuk memasukkan makanan (Soedarto,1991).
Pada potongan melintang cacing mempunyai kutikulum tebal yang
berdampingan dengan hipodermis dan menonjol kedalam rongga badan sebagai korda
lateral. Sel otot somatik besar dan panjang dan terletak di hipodermis;
gambaran histologinya merupakan sifat tipe polymyarincoelomyarin. Alat
reproduksi dan saluran pencernaan mengapung didalam rongga badan, cacing jantan
mempunyai dua buah spekulum yang dapat keluar dari kloaka dan pada cacing
betina, vulva terbuka pada perbatasan sepertiga badan anterior dan tengah,
bagian ini lebih kecil dan dikenal sebagai cincin kopulasi.
Telur yang di buahi (fertilized) berbentuk ovoid dengan ukuran
60-70 x 30-50 mikron. Bila baru dikeluarkan tidak infektif dan berisi satu sel
tunggal. Sel ini dikelilingi suatu membran vitelin yang tipis untuk
meningkatkan daya tahan telur cacing tersebut terhadap lingkungan sekitarnya,
sehingga dapat bertahan hidup sampai satu tahun. Di sekitar membran ini ada
kulit bening dan tebal yang dikelilingi lagi oleh lapisan albuminoid yang
permukaanya tidak teratur atau berdungkul (mamillation).
Lapisan albuminoid ini kadang-kadang dilepaskan atau hilang oleh
zat kimia yang menghasilkan telur tanpa kulit (decorticated). Didalam rongga
usus, telur memperoleh warna kecoklatan dari pigmen empedu. Telur yang tidak
dibuahi (unfertilized) berada dalam tinja, bentuk telur lebih lonjong dan
mempunyai ukuran 88-94 x 40-44 mikron, memiliki dinding yang tipis, berwarna
coklat dengan lapisan albuminoid yang kurang sempurna dan isinya tidak teratur.
2.1.2
Siklus Hidup
Manusia merupakan
satu-satunya hospes definitif Ascaris lumbricoides, jika tertelan telur yang
infektif, maka didalam usus halus bagian atas telur akan pecah dan melepaskan
larva infektif dan menembus dinding usus masuk kedalam vena porta hati yang
kemudian bersama dengan aliran darah menuju jantung kanan dan selanjutnya
melalui arteri pulmonalis ke paru-paru dengan masa migrasi berlangsung selama
sekitar 15 hari.
Dalam
paru-paru larva tumbuh dan berganti kulit sebanayak 2 kali, kemudian keluar
dari kapiler, masuk ke alveolus dan seterusnya larva masuk sampai ke bronkus,
trakhea, laring dan kemudian ke faring, berpindah ke osepagus dan tertelan
melalui saliva atau merayap melalui epiglotis masuk kedalam traktus digestivus.
Terakhir larva sampai kedalam usus halus bagian atas, larva berganti kulit lagi
menjadi cacing dewasa. Umur cacing dewasa kira-kira satu tahun, dan kemudian
keluar secara spontan.
Siklus
hidup cacing ascaris mempunyai masa yang cukup panjang, dua bulan sejak infeksi
pertama terjadi, seekor cacing betina mulai mampu mengeluarkan 200.000 –
250.000 butir telur setiap harinya, waktu yang diperlukan adalah 3 – 4 minggu
untuk tumbuh menjadi bentuk infektif. Menurut penelitian stadium
ini merupakan stadium larva, dimana telur tersebut keluar bersama tinja manusia
dan diluar akan mengalami perubahan dari stadium larva I sampai stadium III
yang bersifat infektif. Telur-telur ini tahan terhadap berbagai desinfektan dan
dapat tetap hidup bertahun-tahun di tempat yang lembab. Didaerah hiperendemik,
anak-anak terkena infeksi secara terus-menerus sehingga jika beberapa cacing
keluar, yang lain menjadi dewasa dan menggantikannya. Jumlah telur ascaris yang
cukup besar dan dapat hidup selama beberapa tahun maka larvanya dapat tersebar
dimana-mana, menyebar melalui tanah, air, ataupun melalui binatang. Maka bila
makanan atau minuman yang mengandung telur ascaris infektif masuk kedalam tubuh
maka siklus hidup cacing akan berlanjut sehingga larva itu berubah menjadi
cacing. Jadi larva cacing ascaris hanya dapat menginfeksi tubuh melalui makanan
yang tidak dimasak ataupun melalui kontak langsung dengan kulit.
2.1.3 Epidemiologi
Ascaris
Pada
umumnya frekuensi tertingi penyakit ini diderita oleh anak-anak sedangkan orang
dewasa frekuensinya rendah. Hal ini disebabkan oleh karena kesadaran anak-anak
akan kebersihan dan kesehatan masih rendah ataupun mereka tidak berpikir sampai
ke tahap itu. Sehinga anak-anak lebih mudah diinfeksi oleh larva cacing Ascaris
misalnya melalui makanan, ataupun infeksi melalui kulit akibat kontak langsung
dengan tanah yang mengandung telur Ascaris lumbricoides.
Faktor
host merupakan salah satu hal yang penting karena manusia sebagai sumber
infeksi dapat mengurangi kontaminasi ataupun pencemaran tanah oleh telur dan
larva cacing, selain itu manusia justru akan menambah polusi lingkungan
sekitarnya.
Di
pedesan kasus ini lebih tinggi prevalensinya, hal ini terjadi karena buruknya
sistem sanitasi lingkungan di pedesaan, tidak adanya jamban sehingga tinja
manusia tidak terisolasi sehingga larva cacing mudah menyebar. Hal ini juga terjadi
pada golongan masyarakat yang memiliki tingkat sosial ekonomi yang rendah,
sehingga memiliki kebiasaan membuang hajat (defekasi) ditanah, yang kemudian
tanah akan terkontaminasi dengan telur cacing yang infektif dan larva cacing
yang seterusnya akan terjadi reinfeksi secara terus menerus pada daerah endemik
(Brown dan Harold,1983). Perkembangan telur dan larva
cacing sangat cocok pada iklim tropik dengan suhu optimal adalah 23 o C sampai
30o C. Jenis tanah liat merupakan tanah yang sangat cocok untuk perkembangan
telur cacing, sementara dengan bantuan angin maka telur cacing yang infektif
bersama dengan debu dapat menyebar ke lingkungan.
2.1.4 Cara
Penularan
Penularan Ascariasis dapat
terjadi melalui bebrapa jalan yaitu masuknya telur yang infektif ke dalam mulut
bersama makanan atau minuman yang tercemar, tertelan telur melalui tangan yang
kotor dan terhirupnya telur infektif bersama debu udara dimana telur infektif
tersebut akan menetas pada saluran pernapasan bagian atas, untuk kemudian
menembus pembuluh darah dan memasuki aliran darah (Soedarto, 1991).
2.1.5 Gejala-Gejala
yang Timbul
1. Reaksi
terhadap larva migran
Sewaktu larva bermigrasi menembus dinding
intestinum dan alveolus terjadi perdarahan kecil-kecil. Penderita akan demam,
batuk-batuk, dan kadang-kadang terjadi hemoptysis.
2. Reaksi
terhadap cacing dewasa
Gejala berupa nyeri perut biasanya di
daerah epygastrium atau daerah umbilicus, perut buncit, muntah dan
kadang-kadang obstitasi.
Seringkali
ascariasis tidak menunjukkan gejala sama sekali. Komplikasi yang sering terjadi
adalah obstruksi intestinal, baik partial maupun total. Obstruksinya biasanya
terjadi di dalam iliocecal. Bahan pemeriksaan laboratorium adalah feses
penderita untuk menemukan telurnya atau cacing dewasanya. Pencegahan dengan meningkatkan
hygiene pribadi dan senitasi lingkungan. Selain itu, hindari memakan sayuran
mentah atau makanan lain yang terkontaminasi telurnya.
2.1.6 Pencegahan dan Pengobatan
Berdasarkan kepada siklus
hidup dan sifat telur cacing ini, maka upaya pencegahannya dapat dilakukan
sebagai berikut :
·
Penyuluhan
kesehatan
Penyuluhan kesehatan
tentang sanitasi yang baik dan tepat guna, Hygiene keluarga dan hygiene pribadi
seperti :
a.
Tidak
menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman.
b.
Sebelum
melakukan persiapan makanan dan hendak makan, tangan dicuci terlebih dahulu
dengan menggunkan sabun.
c.
Bagi yang
mengkonsumsi sayuran segar (mentah) sebagai lalapan, hendaklah dicuci bersih
dan disiram lagi dengan air hangat. Karena telur cacing Ascaris dapat hidup
dalam tanah selama bertahun-tahun, pencegahan dan pemberantasan di daerah
endemik adalah sulit.
·
Pengobatan
penderita
Bila
mungkin, semua yang positif sebaiknya diobati, tanpa melihat beban cacing
karena jumlah cacing yang kecilpun dapat menyebabkan migrasi ektopik dengan
akibat yang membahayakan. Untuk pengobatan tentunya semua obat dapat digunakan
untuk mengobati Ascariasis, baik untuk pengobatan perseorangan maupun
pengobatan massal. Pada waktu yang lalu obat yang sering dipakai seperti :
piperazin, minyak chenopodium, hetrazan dan tiabendazol. Oleh karena obat
tersebut menimbulkan efek samping dan sulitnya pemberian obat tersebut, maka
obat cacing sekarang ini berspektrum luas, lebih aman dan memberikan efek
samping yang lebih kecil dan mudah pemakaiannya (Soedarto, 1991).
Adapun
obat yang sekarang ini dipakai dalam pengobatan adalah :
§ Mebendazol.
§ Pirantel Pamoat.
§ Levamisol Hidroklorida.
§ Garam Piperazin.
2.2
Ancylostoma
Duodenale
Ancylostoma
duodenale, seorang anggota Ancylostomidae, juga sering disebut sebagai
"cacing tambang". Dengan demikian, cacing tambang memiliki kemampuan
untuk kawin dan jatuh tempo pada usus kecil inangnya. Ancylostoma
duodenale berlimpah di seluruh dunia, termasuk negara-negara berikut: Eropa
selatan, Afrika utara, India, Cina, Asia Tenggara, beberapa daerah di Amerika
Serikat, Karibia, dan Amerika Selatan.
2.2.1 Morfologi
Ancylostoma
duodenale memiliki dua piring ventral di margin anterior dari kapsul bukal.
Masing-masing dari mereka memiliki dua gigi besar yang tergabung di pangkalan
mereka. Sepasang gigi kecil dapat ditemukan di kedalaman kapsul bukal. Jantan 8 mm sampai 11 mm panjang dengan bursa
copulatory pada bagian belakang. Ia juga memiliki spikula jarum yang tidak
menyatu dan memiliki tips sederhana. Betina adalah 10 mm sampai 13 mm panjang dengan vulva
yang terletak pada bagian belakang dan dapat berbaring 10.000 hingga 30.000
telur per hari. jangka hidup mereka adalah satu tahun.
2.2.2
Siklus Hidup
Ketika
larva filariform (stadium infektif) menembus kulit utuh, larva memasuki
sirkulasi darah. Kemudian dibawa ke paru-paru, batuk dan menelan kembali ke
usus kecil. larva itu kemudian jatuh tempo menjadi dewasa dalam usus dan cacing
betina kecil dapat meletakkan 25.000 telur per hari. Telur yang dilepaskan ke
dalam kotoran dan tinggal di tanah. telur ayam di tanah akan menetas menjadi
remaja 1 tahap (tahap rhabditiform atau noninfective) dan dewasa menjadi larva
filariform. Larva filariform kemudian dapat menembus kulit lain terkena dan
memulai siklus baru infeksi manusia.
2.2.3
Epidemiologi
Ancylostoma
duodenale adalah cacing tambang pertama yang siklus hidup diterangi. Hal ini
lazim di Eropa selatan, Afrika utara, India, Cina, dan Asia Tenggara, daerah
kecil Amerika Serikat, Kepulauan Karibia, dan Amerika Selatan. cacing tambang
ini dikenal di tambang karena konsistensi dalam suhu dan kelembaban yang
menyediakan habitat yang ideal bagi telur dan perkembangan anak. Diperkirakan 1
milyar orang terinfeksi cacing tambang. Transmisi Ancylostoma duodenale adalah
dengan kontak kulit dengan tanah yang terkontaminasi dengan larva.
2.2.4 Cara Penularan
Ancylostoma
duodenale tidak menular antar manusia. Ancylostoma duodenale larva cacing yang
ditularkan ke orang melalui kulit atau dengan sengaja makan tanah yang
tercemar. Tentang penyakit menular dan Penularan: Penularan penyakit menular
dan mengacu pada cara mudah penyebaran Ancylostoma duodenale mungkin dari satu
orang ke orang lain. Kata-kata lain untuk penyakit menular termasuk
"infeksi", "menular", "transmisi" atau
"transmissability". Penularan tidak ada hubungannya dengan genetika
atau penyakit mewarisi dari orang tua. Untuk gambaran umum tentang penyakit
menular, lihat Pengantar Contagion .
2.2.5 Gejala-gejala
yang Timbul
Cahaya
infeksi menyebabkan sakit perut, kehilangan nafsu makan dan geophagy . Infeksi
berat menyebabkan kekurangan protein yang parah atau anemia defisiensi besi.
kekurangan protein mungkin memiliki kulit kering, edema dan perut gendut,
sementara anemia kekurangan zat besi mungkin telah kusam mental dan gagal
jantung.
2.2.6 Pencegahan
dan Pengobatan
·
Pencegahan
Pendidikan,
sanitasi dan pembuangan kotoran manusia terkendali adalah penting. Mengenakan
sepatu di daerah endemis dapat mengurangi prevalensi infeksi juga.
·
Pengobatan
Ancylostoma
duodenale dapat diobati dengan albendazol, mebendazol dan benzimidazoles.
pamoate pyrantel adalah alternatif. Dalam kasus yang parah anemia, transfusi
darah mungkin diperlukan.
2.3
Necator
Americanus
Necator
americanus adalah spesies Necator . Ini adalah kelas dalam filum Nematoda dan
umumnya dikenal sebagai cacing tambang Dunia Baru. Ini adalah cacing nematoda
parasit yang hidup di usus kecil penghuni seperti manusia, anjing dan kucing.
Hal ini bertanggung jawab untuk Necatoriasis . Sejak Necator americanus dan
Ancylostoma duodenale (cacing tambang juga dikenal sebagai Dunia Lama) adalah
dua manusia yang hampir kebanyakan cacing kait, mereka biasanya dibahas bersama
sebagai infeksi cacing tambang. Mereka hanya berbeda dalam distribusi
geografis, struktur mulut dan ukuran relatif.
2.3.1 Morfologi
Parasit ini
memiliki dua punggung dan dua pelat pemotong ventral di sekitar margin anterior
dari kapsul bukal. Mereka juga memiliki sepasang subdorsal dan sepasang gigi
subventral yang terletak dekat ke belakang. Pria biasanya 7mm-9mm panjang, sementara
perempuan adalah sekitar 9mm-11mm panjang. Rentang kehidupan khas dari parasit
adalah tiga sampai lima tahun. Mereka dapat menghasilkan manapun antara 5000 hingga
10.000 telur per hari.
2.3.2
Siklus Hidup
Cacing ini mulai keluar sebagai telur
unembryonated dalam tanah. Setelah 24-48 jam di bawah kondisi yang
menguntungkan, menjadi telur berembrio dan menetas. Tahap pertama 1 remaja
dikenal sebagai rhabditiform. Rhabditiform larva tumbuh dan berganti bulu dalam
tanah berubah menjadi tahap muda 2. Tahap muda 2 molts sekali lagi sampai
mencapai tahap 3 remaja yang juga disebut filariform, ini juga bentuk infektif.
Transformasi dari rhabditiform ke filariform biasanya membutuhkan waktu 5
sampai 10 hari.
Bentuk larva ini dapat menembus kulit
manusia, perjalanan melalui pembuluh darah dan jantung, mencapai paru-paru.
Setelah di sini, mereka bersembunyi melalui alveoli paru-paru dan perjalanan
sampai trakea di mana mereka ditelan dan diperuntukkan bagi usus kecil. Ini
adalah di mana mereka dewasa dan bereproduksi menjadi dewasa dengan melampirkan
sendiri ke dinding usus menyebabkan peningkatan kehilangan darah oleh tuan
rumah. Telur
berakhir di tanah setelah meninggalkan tubuh melalui tinja. Rata-rata,
kebanyakan cacing dewasa dieliminasi dalam 1 sampai 2 tahun. N. siklus hidup
americanus hanya sedikit berbeda dari A. duodenale. N. americanus tidak
memiliki penangkapan pembangunan di host kekebalan dan perlu untuk itu untuk
bermigrasi melalui paru-paru.
2.3.3
Epidemiologi
Necator
americanus pertama kali ditemukan di Brazil dan kemudian ditemukan di Texas.
Kemudian ditemukan di pribumi di Afrika, Cina, barat daya kepulauan Pasifik,
India dan Asia Tenggara. Parasit ini merupakan parasit tropis dan merupakan
spesies yang paling umum pada manusia. Sekitar 95% dari cacing tambang yang
ditemukan di wilayah selatan Amerika Serikat N.americanus. Parasit ini
ditemukan pada manusia, tetapi juga dapat ditemukan pada babi dan anjing.
2.3.4 Cara
Penularan
Transmisi
infeksi Necator americanus membutuhkan pengendapan telur yang mengandung
kotoran pada teduh, tanah dikeringkan baik dan disukai oleh hangat, lembab
(tropis) kondisi. Oleh karena itu, infeksi di seluruh dunia biasanya dilaporkan
di tempat-tempat kontak langsung dengan tanah yang terkontaminasi terjadi.
2.3.5 Gejala-Gejala
yang Timbul
Ketika cacing
dewasa menempel pada vili usus kecil, mereka mengisap darah host yang dapat
menyebabkan sakit perut, diare, kram, dan penurunan berat badan yang dapat
menyebabkan anoreksia. infeksi berat dapat menyebabkan pengembangan kekurangan
zat besi dan anemia mikrositik hipokrom. Bentuk anemia pada anak-anak dapat
menimbulkan retardasi fisik dan mental. Infeksi yang disebabkan oleh larva
migrans kulit, penyakit kulit pada manusia, ditandai dengan pecah kulit dan
gatal parah.
2.3.6 Pencegahan
dan pengobatan
· Pencegahan
Pendidikan,
sanitasi, dan pembuangan kotoran manusia terkendali sangat penting untuk
pencegahan. Meskipun demikian, memakai sepatu di daerah endemis membantu
mengurangi prevalensi infeksi.
·
Pengobatan
Necator
americanus parasit americanus dapat diobati dengan menggunakan benzimidazoles,
Albendazole dan mebendazol. Satu dosis tunggal oral tetrachloroethene pada
waktu perut kosong akan menghilangkan sekitar 90 persen dari parasit. pamoate
pyrantel adalah obat alternatif. Cryotherapy merupakan perawatan yang digunakan
untuk membunuh cacing. Sebuah transfusi darah mungkin diperlukan pada kasus
berat anemia. infeksi ringan biasanya tidak diobati di daerah di mana reinfeksi
adalah umum. Suplemen zat besi dan diet tinggi protein akan mempercepat proses
pemulihan.
Dalam studi
kasus melibatkan 56-60 orang dengan T. trichiura dan / atau N. americanus,
hasil menunjukkan bahwa baik Albendazole dan mebendazol adalah 90% efektif
dalam menyembuhkan T. trichiura. Namun, Albendazole memiliki angka kesembuhan
95% untuk N. americanus, sedangkan mebendazol hanya memiliki angka kesembuhan
21%. Hal ini menunjukkan Albendazole yang paling efektif untuk mengobati kedua
T. trichiura dan N. americanus.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan
sebelumnya tentang parasit cacing, dapat di simpulkan bahwa sebagian besar
cacing yang masuk ke dalam tubuh manusia akan menginfeksi usus dan berkembang
biak di usus manusia. Penularannya melaui fekal oral yang dengan bisa langsung
melalui makanan atau minuman yang sudah terinfeksi larva cacing tersebut.
Dengan adanya
makalah ini penulis berharap pembaca lebih mengetahui pentingnya kesehatan
lingkungan sekitar dan bagaimana cara hidup sehat sehingga bisa melakukan
pencegahan sejak dini terhadap cacing penyebab penyakit.
3.2 Saran
Diharapkan
setelah membaca makalah ini, pembaca dapat mengerti pentingnya menjaga
lingkungan mengingat infeksi yang disebabkan oleh parasit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Levine, norman
D. 1977. Parasitologi veteriner. gajah
mada university press : N.D.L
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3749/1/fkm-rasmaliah.pdf.
Jum’at, 25 maret 2011. 12.23 wib
http://plpnemweb.ucdavis.edu/nemaplex/images/aduodmf.jpg
jumat 01 april 2011 9.30 wib
http://library.thinkquest.org/26260/media/necator%20americanus.jpg
jumat 01 april 2011 9.54 wib
http://www.stanford.edu/group/parasites/ParaSites2009/PinedaANDYang_Hookworm/PinedaANDYang_Hookworm_files/image006.gif
jum’at 01 april 2011 10.30 wib
http://en.wikipedia.org/wiki/Ancylostoma_duodenale
kamis 39 maret 2011 15.15 wib
http://en.wikipedia.org/wiki/Necator_americanus
kamis 39 maret 2011 15.30 wib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar