BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Ca cervix atau kanker leher /mulut rahim
merupakan jenis penyakit kanker yang paling banyak diderita wanita diatas usia
18 tahun. Kanker leher /mulut rahim ini menduduki urutan nomor dua penyakit
kanker didunia bahkan sekitar 500.000 wanita di seluruh dunia di diagnosa
menderita kanker mulut rahim dan rata-rata 270.000 meninggal tiap tahun (Depkes
RI, 2008).
Diperkirakan pada tahun 2010 kanker leher /mulut rahim
menjadi penyebab utama mortalitas diseluruh dunia dan pada tahun 2030
diperkirakan terjadi kasus kanker baru sebanyak 20 hingga 26 juta jiwa dan 13
hingga 17 juta jiwa meninggal akibat kanker leher rahim. Peningkatan angka
kejadian kanker diperkirakan sebesar 1% per tahun. Pada tahun 2008 disampaikan
dalam world cancer report bahwa terjadi 12 juta jiwa pasien yang baru
didiagnosis kanker mulut rahim (ca servix).
Sekitar 80% kasus kanker mulut rahim terjadi pada wanita
yang hidup berkembang. Di Indonesia terdapat 90-100 kasus kanker mulut rahim
per 100.000 penduduk. Kanker mulut rahim adalah kematian nomor satu yang sering
terjadi pada wanita Indonesia. Setiap wanita tanpa memandang usia dan latar
belakang beresiko terkena kanker mulut rahim.
Sebagai kalangan mahasiswa kesehatan selayaknya mengetahui
bahaya ca cervix bagi kehidupan
manusia, yang bisa mengancam jiwa manusia itu sendiri. Sebagai mahasiswa
kesehatan sepatutnya mampu mengidentifikasi tanda dan gejala dari ca servix
serta dapat bertindak dalam memberikan pelayanan terbaik pada pasien yang
menderita ca cervix khususnya dalam
pemberian asuhan keperawatan di rumah sakit.
1.2 Rumusan
Masalah
Bagaimana
asuhan keperawatan pada pasien dengan ca cervix?
1.3 Tujuan
Penulisan
1.3.1
Tujuan Umum
Mengetahui cara memberikan dan membuat asuhan
keperawatan pada pasien ca cervix
dengan baik dan benar.
1.3.2
Tujuan Khusus
1. Mengetahui
definisi dari ca cervix.
2. Mengetahui
etiologi dan patogenesis dari ca cervix.
3. Mengetahui
patofisiologi dari ca cervix.
4. Mengetahui
manifestasi klinis dari ca cervix.
5. Mengetahui
pemeriksaan diagnostik ca cervix.
6. Mengetahui
penatalaksanaan medis ca cervix .
7. Mengetahui
komplikasi ca cervix.
8. Mengetahui
prognosa dari ca cervix.
9. Mengetahui
asuhan keperawatan pada klien dengan ca
cervix.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1.
Manfaat teoritis
1. Bagi
penulis, makalah ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk mendalami pemahaman
tentang konsep penyakit yang disebabkan karena ca cervix.
2. Bagi
pembaca, khususnya mahasiswa keperawatan dapat mengerti tentang konsep penyakit
yang disebabkan karena ca cervix yang
sesuai dengan standart kesehatan demi meningkatkan tingkat kesejahteraan
masyarakat dan dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian yang lebih
lanjut.
1.4.2.
Manfaat praktis
Mahasiswa keperawatan
dapat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien ca cervix dengan baik.
BAB
2
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pengertian
Kanker leher rahim atau carcinoma cervix adalah keganasan
dari serviks yang ditandai dengan adanya perdarahan lewat jalan lahir atau
vagina, tetapi gejala tersebut tersebut tidak muncul sampai tingkat lanjut,
dimana tanda dan diagnosa pasti bisa ditegakkan dengan menggunakan pap smear (Zhukmana,
2009).
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada
daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak
terkontrol dan merusak jaringan normal disekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997).
2.2 Etiologi
Sebab
langsung dari kanker serviks belum diketahui (idiopatik).
2.2.1 Faktor Predisposisi
1. Status perkawinan
Insiden terjadi lebih tinggi pada
wanita yang menikah, terutama gadis yang coitus pertama (coitarche) pada usia
< 16 tahun. Insiden meningkat dengan tingginya paritas, apalagi jarak
persalinan terlampau dekat.
2. Golongan sosial ekonomi rendah
Karsinoma serviks banyak dijumpai
pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat
kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan
sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini
mempengaruhi imunitas tubuh.
3. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah
terjadinya kanker serviks pada wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal
ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak
kumpulan-kumpulan smegma.
4. Merokok dan AKDR (Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya
sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu
bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa
radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker
serviks.
5. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks
(HSV-2) dam virus papiloma atau virus kondiloma akuminta diduga sebagai faktor
penyebab kanker serviks
6. Sering berganti-ganti pasangan.
Akan meningkatnya resiko terpapar
HPV
7. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai
pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan
resiko mendapat karsinoma serviks. Trauma mekanis yang terjadi pada waktu paritas dapat mempengaruhi timbulnya
infeksi, perubahan struktur sel, dan iritasi menahun
8. Insiden meningkat pada pasangan
dengan laki-laki yang tidak bersunat
9. Kebiasaan merokok ataupun
terpapar karsinogen.
Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar
terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok.
Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada wanita perokok mengandung nikotin
yang dapat menurunkan daya
tahan serviks di samping merupakan ko-karsinogen infeksi virus. Selain itu,
rokok mengandung zat benza @
piren yang dapat memicu terbentuknya radikal bebas dalam tubuh yang dapat
menjadi mediator terbentuknya displasia sel epitel pada serviks.
10. Penyakit menular seksual.
11. Memiliki kebiasaan sex yang
menyimpang.
12. Menggunakan pil KB lebih dari 4
tahun menaikkan resiko 1,5 – 2,5 kali.
13. Kekurangan vitamin C, asam
folat, retinol dan vitamin E.
Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa
defisiensi vitamin C dapat meningkatkan risiko terjadinya displasia ringan dan
sedang, serta mungkin juga meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada
wanita yang makanannya rendah beta karoten dan retinol (vitamin A).
2.3 Klasifikasi
Klasifikasi Kanker Serviks menurut
FIGO 1978.
Tingkat
|
Kriteria
|
0
|
Karsinoma In Situ ( KIS),
membran basalis utuh
|
I
|
Proses terbatas pada servks
walaupun ada perluasan ke korpus uteri
|
I a
|
Karsinoma mikro invasif, bila membran
basalis sudah rusak dan sel tumor sudah stroma tidak > 3 mm, dan sel tumor
tidak tedapat didalam pembuluh limfe atau pembuluh darah.
|
I b
|
Secara klinis tumor belum
tampak sebagai karsinoma, tetapi pada pemeriksaan histologi ternyata sel
tumor telah mengadakan invasi stroma melebihi Ia
|
II
|
Proses keganasan telah keluar
dari serviks dan menjalar 2/3 bagian atas vagina dan parametrium, tetapi
tidak sampai dinding panggul
|
II a
|
Penyebaran hanya ke vagina,
parametrium masih bebas dari infitrat tumor
|
II b
|
Penyebaran ke parametrum, uni
atau bilateral, tetapi belum sampai dinding panggul
|
III a
|
Penyebaran sampai ½ bagian
distal vagina, sedang parametrium tidak dipersoalkan asal tidak sampai
dinding panggul.
|
III b
|
Penyebaran sudah sampai dinding
panggul, tidak ditemukan daerah infiltrat antara tumor dengan dinding
panggul.
|
IV
|
Proses keganasan telah keluar
dari panggul kecil dan melibatkan mokusa rektum dan atau vesika urinaria atau
telah bermetastasi keluar panggul ketempat yang jauh
|
IV a
|
Proses sudah sampai mukosa
rektum dan atau vesika urinaria atau sudah keluar dari pangul kecil,
metastasi jauh belum terjadi
|
IV b
|
Telah terjadi metastasi jauh.
|
Klasifikasi pertumbuhan sel akan
kankers serviks
2.3.1 Mikroskopis
a.
Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia
berat terjadi pada dua pertiga epidermihampir tidak dapat dibedakan dengan
karsinoma insitu.
b.
Stadium karsinoma insitu.
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan
epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah
ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
c.
Stadium karsinoma mikroinvasif.
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel
meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh
tidak lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan
hanya ditemukan pada skrining kanker.
d.
Stadium karsinoma invasif.
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan
bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau
anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau
anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.
Bentuk kelainan dalam pertumbuhan
karsinoma serviks:
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah vagina dan dapat
mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk
pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.
Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progesif meluas
ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan parametrium.
Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambatlaun lesi berubah
bentuk menjadi ulkus.
2.3.2 Mikroskopis
a.
Stadium preklinis.
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
b.
Stadium permulaan.
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
c.
Stadium setengah lanjut.
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
d.
Stadium lanjut.
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus
dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.
2.4 Patofisiologi
Bentuk dysplasia servikal
prainvasif termasuk karsinoma in situ dapat diangkat seluruhnya dengan biopsi
kerucut atau eradikasi menggunakan laser,kauter,atau bedah krio. Tindak lanjut
yang sering dan teratur untuk lesi yang berulang penting dilakukan setelah
pengobatan ini. Karsinoma serviks invasif terjadi bila tumor menginvasi
epithelium masuk dalam stroma serviks. Kanker servikal menyebar luas secara
langsung ke dalam jaringan paraservikal.
Pertumbuhan yang berlangsung
mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan terlibat lebih progresif pada
jaringan servikal.Karsinoma servikal invasif dapat menginvasi atau meluas ke
dinding vagina, ligamentum kardinale,dan rongga endometrium ;invasi kelenjar
getah bening dan pembuluh darah mengakibatkan metastasis ke bagian tubuh yang
jauh. Tidak ada tanda atau gejala yang spesifik untuk kanker servik.Karsinoma
servikal prainvasif tidak memiliki gejala,namun karsinoma invasive dini dapat
menyebabkan secret vagina tau perdarahan vagina.
Walaupun perdarahan adalah gejala
yang signifikan,perdarahan tidak selalu muncul pada saat awal, sehingga kanker
dapat sudah dalam keadaan lanjut pada saat didiagnosis. Jenis perdarahan vagina
yang paling sering adalah pascakoitus atau bercak antara menstruasi. Bersamaan
dengan tumbuhnya tumor,gejala yang muncul kemudian adalah nyeri punggung bagian
bawah atau nyeri tungkai akibat penekanan saraf lumbosakralis,frekuensi
berkemih yang sering dan mendesak, hematuria, atau perdarahan rectum.
2.5 Tanda Dan Gejala
2.5.1
Gejala kanker leher /mulut rahim
pada stadium dini :
a.
Kadang-kadang
terjadi pendarahan
b.
Pendarahan
setelah berhubungan intim
c.
Munculnya
keputihan : makin lama, makin berbau busuk, diakibatkan infeksi dan nekrosis
jaringan
d.
Perdarahan
setitik pasca senggama dan pengeluaran cairan encer dari vagina, atau
perdarahan kontak yaitu perdarahan yang dialami setelah senggama, merupakan
gejala Ca Serviks (75-80%)
2.5.1 Gejala kanker leher /mulut rahim
pada stadium lanjut :
a. Hilangnya nafsu makan dan berat
badan
b. Nyeri perut bawah, panggul dan
punggung : ditimbulkan oleh infiltrasi sel tumor ke serabut saraf.
c. Perdarahan spontan : perdarahan yang
timbul akibat terbukanya pembuluh darah dan makin lama makin sering terjadi,
terutama pada tumor yang bersifat eksofitik.
d. Pendarahan dari saluran kencing dan
anus
e. Keluarnya feaces menyertai urin
melalui vagina
f. Anemia : terjadi akibat perdarahan
pervaginam yang berulang.
g. Pebengkakan pada kaki
h. Gagal ginjal : infiltrasi sel tumor
ke ureter yang menyebabkan obstruksi total.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
1.
Sitologi/Pap Smear (Prostatic Acid
Phosphate)
·
Keuntungan
: Murah dan dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.
·
Kelemahan
: Tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi
2. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak
mengandung glycogen karena tidak mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium
maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena
karsinoma tidak berwarna.
3. Kolposkopi
3. Kolposkopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk
melihat serviks dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali.
·
Keuntungan
: dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan
biopsy.
·
Kelemahan
: hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelainan
pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat.
4. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear)
dengan pembesaran sampai 200 kali.
5. Biopsi
5. Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau
ditentukan jenis karsinomanya
6. Konisasi
6. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang
berisi selaput sendir serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi
dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan para serviks tidak tampak
kelainan-kelainan yang jelas.
7. Pemeriksaan secara radiologis (CT
Scan dan MRI)
untuk mengetahui apakah sudah ada
penyebaran lokal dari ca tersebut.
8. Servikografi
8. Servikografi
9. Gineskopi
10. Pap net/pemeriksaan
terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive
2.7 Penatalaksanaan
Bagi pasien yang terdiagnosa
mengalami perubahan abnormal sel sejak dini, maka dapat dilakukan beberapa hal
seperti :
1. Pemanasan, diathermy atau dengan
sinar laser.
2. Cone biopsi, yaitu dengan cara
mengambil sedikit dari sel-sel servix termasuk sel yang mengalami perubahan. Tindakan
ini memungkinkan pemeriksaan yang lebih teliti untuk memastikan adanya sel-sel
yang mengalami perubahan.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh
ahli kandungan. Jika
perjalanan penyakit telah sampai pada tahap pre-kanker dan kanker servix telah
dapat diidentifikasi, Maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
penyembuhannya, antara lain :
1. Operasi atau hysterectomy yaitu
dengan mengambil daerah yang terserang kanker, biasanya uterus beserta leher
rahimnya.
2. Radioterapi yaitu dengan
menggunakan sinar X berkekuatan tinggi yang dapat dilakukan secara internal
maupun eksternal.
Tingkat
|
Penatalaksaan
|
0
I a
I b dan II a
II b , III
dan IV
IV a dan IV b
|
Biopsi kerucut
Histerektomi trasnsvaginal
Biopsi kerucut
Histerektomi trasnsvaginal
Histerektomi radikal dengan
limfadenektomi panggul dan evaluasi kelenjar limfe paraorta (bila terdapat
metastasis dilakukan radiologi pasca pembedahan)
Histerektomi transvaginal
Radioterapi
Radiasi paliatif
Kemoterapi
|
2.8 Prognosis
Karsinoma serviks yang tidak dapat diobati atau
tidak memberikan respons terhadap pengobatan 95% akan mengalami kematian dalam
2 tahun setelah timbul gejala. Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki
rasio tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini
dapat diobati dengan radioterapi. Setelah histerektomi radikal, terjadinya 80%
rekurensi dalam 2 tahun.
2.9 Komplikasi
2.9.1 Berkaitan dengan intervensi pembedahan
1)
Vistula Uretra
2)
Disfungsi bladder
3) Emboli
pulmonal
4)
Infeksi pelvis
5)
Obstruksi usus
2.9.2 Berkaitan dengan kemoterapi
1)
Sistitis radiasi Enteritis
2)
Supresi sumsum tulang
3)
Mual muntah akibat pengunaan obat kemoterapi yang mengandung sisplatin
4) Kerusakan
membrane mukosa GI
5)
Mielosupresi
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Keperawatan
a. Biodata
Umur, resiko tinggi 30-60 tahun, perkawinan muda, jumlah anak, usia pernikahan.
Umur, resiko tinggi 30-60 tahun, perkawinan muda, jumlah anak, usia pernikahan.
b. Riwayat Kesehatan
c. Adanya penggunaan kontrasepsi pil.
d. Keluhan Utama
·
Tahap
dini : keputihan, perdarahan pervaginam, nyeri, gangguan miksi.
·
Tahap
lanjut : perdarahan pervaginam yang terus - menerus, nyeri perut
bagian bawah, edema.
bagian bawah, edema.
e. Status Ginekologi dan obstetric
·
Siklus
menstruasi: terjadi perdarahan intramenstruasi (diluar siklus)
·
Perdarahan
post coitus
·
Keputihan
f. Aktivitas sehari-hari:
·
Pola
makan: anoreksia, vomiting.
·
Pola
eliminasi: inkontinensia urine, alvi
·
Pola
aktivitas dan tidur terganggu, terasa nyeri.
g. Riwayat Psikososial
Konsep
diri, emosi, pola interaksi, mekanisme koping, problem menonjol adalah
mengingkari, marah, perasaan putus asa dan tidak berdaya, depresi atau bahkan
memusuhi.
h. Pemeriksaan Fisik
·
Kepala
dan leher: rambut rontok, anemis
·
Abdomen:
teraba massa bila sudah metastase
·
Genetalia:
kotor, cairan keputihan, bau.
3.2 Diagnosa
Keperawatan
1. Nyeri akut/kronik b.d penekanan
serabut saraf oleh infiltrasi sel kanker ke jaringan sekitar dan
pembedahan.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b.d mual muntah karena kemoterapi
3. Gangguan citra tubuh b.d
rambut rontok dan kulit kusam.
4. Resiko infeksi
b.d pembedahan
5. Disfungsi
seksual b.d metastase kanker ke vagina.
6. Gangguan
perfusi jaringan perifer b.d anemia
7. Gangguan
eliminasi urin b.d obstruksi ureter.
8. Intoleransi
aktivitas b.d kelemahan.
9. Ansietas b.d
perjalanan penyakit.
10. Harga diri
rendah b.d rambut rontok dan kulit kusam.
11. Kekurangan
volume cairan dan elektrolit b.d mual dan muntah.
3.3 Intervensi
Keperawatan
a. Dx 1 : Nyeri akut/kronik b.d
penekanan serabut saraf oleh infiltrasi sel kanker ke jaringan sekitar
Tujuan:
Klien mendemonstrasikan keadaan yang bebas dari nyeri
KH: Klien rileks dan tidak kesakitan Skala nyeri 0-3 Tekanan darah dan nadi dalam batas normal (100-30/ 60-80 mmHg).
KH: Klien rileks dan tidak kesakitan Skala nyeri 0-3 Tekanan darah dan nadi dalam batas normal (100-30/ 60-80 mmHg).
Intervensi
:
NO
|
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
1
|
Lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif [catat keluhan, lokasi nyeri,
frekuensi, durasi, dan intensitas (skala 0-10)
dan tindakan
penghilangan nyeri yang dilakukan]
|
Membantu
membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang kemajuan atau
perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi dan keefektifan intervensi.
|
2
|
Pantau tanda - tanda vital
|
Peningkatan nyeri akan mempengaruhi perubahan pada tanda - tanda vital
|
3
|
Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri
seperti teknik relaksasi dan teknik distraksi, misalnya dengan mendengarkan musik, membaca buku, dan
sentuhan terapeutik.
|
Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara
aktif untuk mengontrol rasa nyeri yang dialami, serta dapat meningkatkan koping pasien
|
4
|
Berikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan pasien
|
Memberikan rasa nyaman pada pasien, meningkatkan relaksasi, dan membantu
pasien untuk memfokuskan kembali perhatiannya.
|
5
|
Dorong pengungkapan perasaan pasien
|
Dapat mengurangi ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi persepsi pasien akan intensitas rasa sakit.
|
6
|
Evaluasi upaya penghilangan nyeri / kontrol pada pasien
|
Tujuan yang ingin dicapai
melalui upaya kontrol adalah kontrol nyeri yang maksimum dengan pengaruh /
efek samping yang minimum pada pasien.
|
7
|
Tingkatkan tirah baring,
bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting
|
Menurunkan gerakan yang dapat
meningkatkan nyeri
|
8
|
Kolaborasi pemberian analgetik
sesuai indikasi
|
Nyeri adalah komplikasi tersering dari kanker,
meskipun respon individual terhadap nyeri berbeda-beda. Pemberian analgetik
dapat mengurangi nyeri yang dialami pasien
|
9
|
Kolaborasi untuk pengembangan rencana manajemen
nyeri dengan pasien, keluarga, dan tim kesehatan yang terlibat
|
Rencana manajemen nyeri yang terorganisasi dapat mengembangkan
kesempatan pada pasien untuk mengontrol nyeri yang dialami. Terutama dengan
nyeri kronis, pasien dan orang terdekat harus aktif menjadi partisipan dalam
manajemen nyeri di rumah.
|
10
|
Kolaborasi untuk pelaksanaan prosedur tambahan,
misalnya pemblokan pada saraf
|
Mungkin diperlukan untuk mengontrol nyeri berat
(kronis) yang tidak berespon pada tindakan lain
|
b. Dx 2 : Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d mual dan muntah.
Tujuan:
Klien mendemonstrasikan keadaan nutrisi yang adekuat
KH : Tidak terjadi penurunan BB dan antropometri tubuh Klien bebas dari mual dan muntah
KH : Tidak terjadi penurunan BB dan antropometri tubuh Klien bebas dari mual dan muntah
Intervensi
:
NO
|
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
1
|
Pantau masukan makanan setiap hari
|
Mengidentifikasi defisiensi nutrisi
|
2
|
Ukur tinggi, berat badan. Pastikan jumlah penurunan berat badan saat ini.
Timbang berat badan setiap hari
|
Membantu dalam identifikasi malnutrisi protein dan kalori khususnya bila
berat badan dan pengukuran antropometrik kurang dari normal
|
3
|
Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori dan nutrien dengan masukan
cairan yang adekuat. Dorong penggunaan suplemen
|
Kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan (untuk
menghilangkan produk sisa). Suplemen dapat membantu untuk mempertahankan
masukan kalori dan protein yang adekuat untuk pertumbuhan ibu serta
perkembangan janin
|
4
|
Kontrol faktor lingkungan (misalnya : bau makanan yang terlalu kuat,
kebisingan lingkungan, makanan yang terlalu pedas, terlalu manis, dan
berlemak)
|
Untuk menurunkan potensial terjadinya respon mual dan muntah
|
5
|
Lakukan oral hygiene pada pasien
|
Kebersihan mulut yang terjaga dapat meningkatkan sensasi pengecapan dan
nafsu makan
|
6
|
Kolaborasi :
Tinjau ulang pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, misalnya
transferin serum dan albumin
|
Membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidakseimbangan biokimia dan
malnutrisi yang terjadi akibat pertumbuhan sel-sel kanker, dapat mempengaruhi
dalam penentuan intervensi diet selanjutnya.
|
7
|
Kolaborasi :
Pemberian vitamin A, B6, C, D, E.
|
Defisiensi vitamin A, C, D, E dapat menghambat proses absorbsi zat-zat
nutrisi pada vili intestinum, menghambat proliferasi sel-sel epitel normal,
dan menghambat pembentukan antioksidan tubuh. Defisiensi vitamin B6 dapat
memperberat perasaan depresi yang dirasakan pasien
|
8
|
Kolaborasi :
Rujuk pada ahli gizi / tim pendukung nutrisi
|
Memberikan rencana diet khusus untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin
yang dikandungnya, serta menurunkan potensial komplikasi yang terjadi
berkenaan dengan malnutrisi protein / kalori dan defisiensi mikronutrien
|
c. Dx
3 : Risiko infeksi b/d proses penyakit
kronis (metastase sel kanker)
Tujuan : Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, pasien tidak mengalami
infeksi
Kriteria Hasil :
1. Tidak
tampak tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesia)
2. TTV
pasien dalam batas normal, meliputi :
-
Nadi normal ( ± 60 - 100 x / menit)
-
Pernapasan normal (± 16 - 24 x / menit)
-
Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 -
90 mmHg)
-
Suhu normal (± 36,5oC - 37,5oC)
3. Nilai
WBC (sel darah putih) dari pemeriksaan laboratorium berada dalam batas normal
(4 - 9 103/µL)
NO
|
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
1
|
Kaji tanda / gejala infeksi secara kontinyu pada semua sistem tubuh (misalnya : pernafasan, pencernaan,
genitourinaria)
|
Pengenalan dini dan intervensi segera dapat mencegah perkembangan infeksi
lebih lanjut
|
2
|
Pantau perubahan suhu pasien
|
Peningkatan suhu pada ibu hamil
dengan kanker serviks dapat terjadi karena proses penyakitnya,
infeksi, dan efek samping kemoterapi yang dijalaninya. Identifikasi dini
proses infeksi memungkinkan terapi yang tepat untuk dimulai segera
|
3
|
Kaji janin untuk melihat adanya tanda infeksi seperti takikardi dan
penurunan keaktifan gerakan janin
|
Deteksi dini terhadap reaksi infeksi yang bisa berdampak pada janin dan
menghambat pertumbuhan janin.
|
4
|
Pertahankan teknik perawatan aseptik. Hindari / batasi prosedur invasif
|
Menurunkan risiko kontaminasi agen infeksius
|
5
|
Utamakan personal hygiene
|
Membantu mengurangi pajanan potensial sumber infeksi dan menimalisir
paparan pertumbuhan sekunder patogen
|
6
|
Kolaborasi :
Awasi hasil laboratorium untuk melihat adanya diferensial atau
peningkatan WBC
|
Diferensial dan peningkatan WBC merupakan salah satu respon tubuh untuk
mengatasi infeksi yang timbul oleh antigen
|
7
|
Kolaborasi :
Dapatkan kultur sesuai indikasi
|
Mengidentifikasi organisme penyebab dan terapi yang tepat
|
8
|
Kolaborasi :
Berikan antibiotik sesuai indikasi
|
Digunakan untuk menghambat perkembangan agen infeksius
|
Dx
4 : Disfungsi seksual b/d perubahan fungsi
tubuh akibat proses penyakit kanker serviks
Tujuan : Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan aktivitas seksual
pasien tetap adekuat pada tingkat yang sesuai dengan kondisi fisiologis
tubuhnya
Kriteria
Hasil:
1. Pasien
mampu mengungkapkan pemahamannya tentang efek kanker serviks yang dialaminya
terhadap fungsi seksualitasnya
2. Pasien
mau mendiskusikan masalah tentang gambaran diri, perubahan fungsi seksual dan
hasrat seksual dengan orang terdekat yang dialaminya
NO
|
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
1
|
Dengarkan pernyataan pasien / orang terdekat
|
Masalah seksualitas seringkali menjadi masalah yang tersembunyi, yang
seringkali diungkapkan sebagai humor / melalui pernyataan yang tidak gamblang
|
2
|
Informasikan pada pasien tentang efek dari proses penyakit kanker serviks
yang dialaminya terhadap fungsi seksualitasnya (termasuk di dalamnya efek
samping dari pengobatan kanker yang akan dijalani)
|
Pedoman antisipasi dapat membantu pasien dan orang terdekat untuk memulai
proses adaptasi pada keadaan yang baru
|
3
|
Bantu pasien untuk menyadari / menerima tahap kehilangan tersebut
|
Mengakui proses kehilangan / perubahan pada fungsi seksual secara nyata
dapat meningkatkan koping pasien
|
4
|
Dorong pasien untuk berbagi pikiran dengan orang terdekat
|
Komunikasi terbuka dapat membantu dalam identifikasi masalah dan
meningkatkan diskusi untuk menemukan pemecahan masalah
|