BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tumor
adalah proliferasi sel yang abnormal tanpa terkendali dan bisa merupakan
kelainan yang benigna atau maligna. (Brooker C. , 2001). Tumor dapat terjadi di
semua sistem dalam tubuh, misalnya sistem pencernaan, sistem pernafasan, sistem
perkemihan, sistem pengindraan dan berbagai sistem lainnya.
Sitstem
perkemihan merupakan organ vital dalam melakukan ekskresi dan melakukan
eliminasi sisa-sisa hasil metabolisme dalam tubuh. Tumor merupakan salah satu
masalah kesehatan yang dapat terjadi pada organ sistem perkemihan, misalnya
tumor ginjal dan tumor vessika urinaria.
Tumor
ginjal ada dua yaitu tumor ginjal padat jinak dan tumor ginjal ganas. Tumor
ginjal padat ialah adenoma, onkositoma, leiomioma, lipoma, hemangioma, dan
hamartoma. Sedangkan tumor ginjal ganas biasanya berupa tumor padat yang
berasal dari urotelium, yaitu karsinoma sel transional atau yang berasal dari
sel epitel ginjal (Sjamsuhidajat, 2004).
Tumor
renal karsinoma maligna terutama adenocarcinoma menduduki 2% dari
semua kanker. Tumor renal maligna yang kecil (adenoma) bisa timbul tanpa membawa
kerusakan yang jelas atau menimbulkan berbagai gejala. Carcinoma sel-sel ginjal
jarang timbul sebelum orang berusia 40 tahun, lebih sering berjangkit pada usia
50 tahun samapi 70 tahun, terjadi lebih banyak pada pria daripada wanita
(Admin, 2011)
Selain
tumor ginjal yang berbahaya pada sistem perkemihan, tumor vessika urinaria juga
merupakan tumor yang paling sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan.
Kanker kandung kemih terjadi tiga kali lebih banyak pada pria dibandingkan dengan pada
wanita, dan tumor-tumor multipel juga lebih sering, kira-kira 25% pasien
mempunyai lebih dari satu lesi pada satu kali dibuat diagnosa. (Admin, 2011).
Pada
tiga dasawarsa terakhir, kasus kandung kemih pada pria meningkat lebih dari 20
% sedangkan kasus pada wanita berkurang 25%. Faktor predisposisi yang diketahui
dari kanker kandung kemih adalah karena bahan kimia betanaphytilamine
dan xenylamine, infeksi schistosoma haematobium dan
merokok. Tumor dari kandung kemih berurutan dari papiloma benigna sampai ke
carcinoma maligna yang invasif. Kebanyakan neoplasma adalah jenis sel-sel
transisi, karena saluran kemih dilapisi epithelium transisi. Neoplasma bermula
seperti papiloma, karena itu setiap papiloma dari kandung kemih dianggap
pramalignansi dan diangkat bila diketahui. Karsinoma sel-sel squamosa jarang
timbul dan prognosanya lebih buruk. Neoplasma yang lain adalah adenocarcinoma.
(Admin, 2011).
Maka
dari itu perlunya kita untuk menjaga kesehatan dalam organ perkemihan kita agar
terhindar dari penyakit atau gangguan pada sistem perkemihan.
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimana
asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan: tumor ginjal
dan tumor vessika urinaria ?
1.3
Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan sistem perkemihan : tumor ginjal dan tumor vessika
urinaria
b. Tujuan Khusus
Tujuan
khusus dalam makalah ini, adalah mahasiswa mengetahui:
1. Pengertian tumor ginjal dan tumor vessika urinaria.
2. Etiologi tumor ginjal dan tumor vessika urinaria.
3. Patofisiologi dan patoflow tumor ginjal dan tumor
vessika urinaria.
4. Manifestasi klinis tumor ginjal dan tumor vessika
urinaria.
5. Komplikasi tumor ginjal dan tumor vessika urinaria
6. Diagnose banding tumor ginjal dan tumor vessika
urinaria.
7. Pemeriksaan penunjang tumor ginjal dan tumor vessika
urinaria.
8. Penatalaksanaan tumor ginjal dan tumor vessika
urinaria.
1.4
Manfaat Penulisan
a. Bagi Institusi
Pendidikan
Dengan makalah ini institusi pendidikan berhasil
menjadikan mahasiswa lebih mandiri dalam membuat suatu karya tulis dan menambah
wawasan mereka untuk pengetahuannya.
b. Bagi Mahasiswa
Dengan adanya makalah ini, dapat menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan mahasiswa serta dapat memandirikan mahasiswa dalam
mempelajari Keperawatan Dewasa VIII.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Tumor Ginjal
a. Pengertian
Sel tumor ialah sel
tubuh yang mengalami transmformasi dan tumbuh secara autosom lepas dari kendali
pertumbuhan sel normal sehingga sel ini berbeda dari sel normal dalam bentuk
dan strukturnya (Sjamsuhidajat R, 2004).
Tumor adalah
proliferasi sel yang abnormal tanpa terkendali dan bisa merupakan kelainan yang
benigna atau maligna. (Brooker C. , 2001)
Tumor ginjal terbagi
menjadi 2 , yaitu tumor ginjal padat jinak dan tumor ginjal ganas. Tumor ginjal
padat jinak ialah adenoma, onkositoma, leiomioma, lipoma, hemangioma,
hamartoma. Sedangkan Tumor ginjal ganas biasanya berupa tumar padat yang
berasal dari urotelium yaitu karsinoma , sel transional , atau yang berasal
dari sel epitel ginjal (Sjamsuhidajat R, 2004).
b.
Etiologi
Menurut Muttaqin dan
Sari (2011) penyebab pasti masih belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor
lingkungan dan genetik yg menjadi predisposisi terbetuknya karsinoma sel
ginjal, meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Merokok
2. Obesitas. Menjadi faktor risiko, terutama pada wanita,
berat badan yang meningkat memiliki hubungan liner dengan meningkat kan
risiko.
3. Hipertensi. Dikaitkan dengan peningkatan insiden
carcinoma sel ginjal.
4. Penyakit kritis ginjal pada pasien yang menjalani
dialisis ginjal gangka panjang. Hal ini predisposisi untuk kanker
sel ginjal .
5. Transplantasi ginjal. Predisposisi pada penerima
transplantasi ginjal.
6. Penyakit sindrom von Hippel-Lindau (VHL)
merupakan penyakit bawaan terkait dengan karsinoma ginjal
c.
Patofisiologi dan patoflow
Tumor ini berasal
dari sel tubulus ginjal yang dapat dimulai dari korteks maupun daerah medulla.
Tumor dari daerah korteks cenderung meluas kedarah sekitar ginjal. Tumor ini
mempunyai pseudo kapsul yang terdiri dari jaringan parenkim yang tertekan serta
jaringan fibrous dan sel-sel inflamasi. Infiltrasi tumor ke daerah luar
menyebabkan tonjolan yang dapat digunakan sebagai tanda diagnostik pada
pemeriksaan USG atau CT scan.
Ukuran sangat
bervariasi mulai dari yang berukuran kecil sampai ukuran 8-9 cm. Secara
makroskopik akan terlihat pewarnaan kekuningan atau orange oleh karena
mengandung banyak lemak. Permukaan tumor yang lebih kecil tampak homogen sedang
yang besar biasanya disertai kista sekunder di dalamnya dengan daerah
perdarahan dan daerah nekrosis serta kadang ditemukan kalsifikasi didaerah
perifer. (Afif, 2011)
Salah satu penyebab
utama tumor ginjal adalah merokok, karena didalam rokok terdapat zat
karsinogen. Karsinogen itu akan menyebabkan kerusakan pada DNA atau bahasa
kerennya mutasi DNA yang ada pada inti sel. Unit fungsional DNA disebut gen
yang terkenal sebagai pembawa sifat keturunan. Sebenarnya fungsi DNA ini adalah
pengatur semua kehidupan sel. DNA yang menentukan struktur dan fungsi sel juga
pembelahannya. Kerusakan-kerusakan pada DNA akan diperbaiki oleh yang namanya
DNA repair mechanism, bila repair ini gagal maka sel akan mengalami Apoptosis.
Apoptosis ini adalah kematian sel dengan cara bunuh diri akibat terpapar
asap rokok (Erna. 2008).
Mutasi ini dapat
mengaktivasi gen-gen yang diberi nama oncogenes (dinamakan demikian
karena aktivasi berlebihan dari gen ini menyebabkan sel akan terus membelah dan
menjadi kanker) seperti gen RAS atau menginkativasi tumoursuppressor genes
(gen yang menekan timbulnya tumor jadi kerjanya berlawanan dengan oncogene).
Nah banyak bukti telah didapatkan bahwa carcinogen dapat secara langsung
bereaksi dan menyebabkan perubahan pada RAS (Erna. 2008).
Karena oncogen
seperti RAS teraktivasi akhirnya sel-sel jadi membelah gak karu-karuan, dan
membentuk sel-sel dengan struktur yang lebih primitif, semaunya sendiri
(otonom), tidak mematuhi aturan-aturan yang berlaku secara alami, bahkan dengan
gampang terlepas. Sel-sel yang terlepas paling sering masuk aliran limfe dalam
pembuluh limfe, juga darah dan kemudian bila dia berhenti pada suatu tempat dia
akan berkembang biak disitu menimbulkan yang disebut dengan anak sebar (metastases).
(Erna. 2008)
d. Manifestasi Klinis
Tanda
dan gejalanya menurut Nursalam, 2008 yaitu:
1. Tumor tanpa disertai gejala dan ditemukan pada
pemeriksaan fisik secara teratur. Saat melakukan palpasi ditemukan massa di
daerah abdomen.
2. Lemah, anemia, BB menurun, dan demam akibat efek
sistemik kanker ginjal.
3. Classical triad (gejala lambat).
a. Hematuria : intermitten atau terus – menerus pada
pemeriksaan mikroskopis dan kasat mata.
b. Nyeri pinggul : distensi kapsul ginjal dan invasi
sekitar struktur ginjal.
e. Komplikasi
Metastase yang luas ke berbagai organ (Nursalam, 2008)
f. Diagnosa Banding
Menurut (Sjamsuhidajat,2004) diagnosa banding tumor
ginjal adalah:
1. Tumor jinak ginjal: pembesaran ginjal karna hidronefrosis
bilateral dengan tanda gagal ginjal dapat mirip dengan ginjal polikistik,
tetapi pada pemeriksaan ultrasonografi dapat dibedakan dengan mudah.
2. Tumor ganas ginjal: Diagnosa banding meliputi hidronefrosis,
kista ginjal. Dan neurobllastoma intrarenal. Pada neurostoma,
yang juga biasanya ditemukan juga pada anak, tidak kelihat kelainan bentuk pielum
dan kaliks pada pielogram intravena, dan kadar ketekolami
meninggi
g.
Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nursalam , 2008:
1. USG membantu membedakan kista dari tumor ginjal dan
digunakan sebagai komplemen untuk IVP.
2. MRI bermanfaat sebagai mendeteksi , kategori dan
tahap massa ginjal ( bentuk , berat , kondisi)
Menurut Sjamsuhidajat (2004)
1. Pemeriksaan urin biasanya menunjukan proteinuria,
hematuria, leukosituria,dan kadang bakteriuria.
2. Pemeriksaan darah menunjukan uremi, anemia, karna
hematuria kronik.
3. Foto polos perut dan pielografi biasanya
ditemukan pembesaran bayangan ginjal dan pendesakan sistem pelviokalis
sehingga bentuk kaliks menjadi mendatar dan influndibulum seperti
memanjang.
h. Penatalaksanaan
1.
Penatalaksanaan medis
Tujuan pengobatan
tumor Wilms adalah mengusahakan penyembuhan dengan komplikasi dan morbiditas
serendah mungkin. Biasanya dianjurkan kombinasi pembedahan, radioterapi dan
kemoterapi. Dengan terapi kombinasi ini dapat diharapkan hasil yang
memuaskan.Jika secara klinis tumor masih berada dalam stadium dini dan ginjal
disebelah kontra lateral normal, dilakukan nefrektomi radikal.
Pembedahan,
nefroktomi radikal di lakukan bila tumor belum melewati garis tengah dan belum
menginfiltrasi jaringan lain. Pengeluaran kelenjar limfe retroperitoneall total
tidak perlu dilakukan tetapi biopsi kelenjar di daerah hilus dan paraaorta
sebaiknya dilakukan. Pada pembedahan perlu diperhatikan ginjal kontralateral
karena kemungkinan lesi bilateral cukup tinggi. Apabila ditemukan penjalaran
tumor ke vena kava, tumor tersebut harus diangkat.
Radioterapi, tumor
Wilms di kenal sebagai tumor yang radiosensitif, tapi radioterapi dapat
mengganggu pertumbuhan anak dan menimbulkan penyulit jantung, hati dan
paru.Karena itu radioterapi hanya diberikan pada penderita dengan tumor yang
termasuk golongan patologi prognosis buruk atau stadium III dan IV. Jika ada
sisa tumor pasca bedah juga di berikan radioterapi.Radioterapi dapat juga di
gunakan untuk metastase ke paru, otak, hepar serta tulang.
Kemoterapi, tumor
Wilms termasuk tumor yang paling peka terhadap obat kemoterapi. Prinsip dasar
kemoterpai adalah suatu cara penggunaan obat sitostatika yang berkhasiat
sitotoksik tinggi terhadap sel ganas dan mempunyai efek samping yang rendah
terhadap sel yang normal.Terapi sitostatika dapat diberikan pra maupun pasca
bedah didasarkan penelitian sekitar 16-32% dari tumor yang mudah ruptur.
Biasanya, jika diberikan prabedah selama 4 – 8 minggu. Jadi, tujuan pemberian
terapi adalah untuk menurunkan resiko rupture intraoperatif dan mengecilkan
massa tumor sehingga lebih mudah di reseksi total. Ada lima macam obat
sitostatika yang terbukti efektif dalam pengobatan tumor Wilms, yaitu : Aktinomisin
D, Vinkristin, Adriamisin, Cisplatin dan Siklofosfamid. Mekanisme kerja obat
tersebut adalah menghambat sintesa DNA sehingga pembentukan protein tidak
terjadi akibat tidak terbentuknya sintesa RNA di sitoplasma kanker, sehingga
pembelahan sel-sel kanker tidak terjadi. (Gitayulia, 2011)
2.2 Tumor Vessica Urinaria
a. Pengertian
Tumor vessika
urinaria adalah pertumbuhan sel yang terjadi terus menerus dan tak terkendali
pada kandung kemih dan kebanyakan menyerang laki-laki berusia di atas 50 tahun
(Nursalam, 2008). Tumor kandung kemih adalah suatu
inflamasi sel-sel di dinding atau di dalam lapisan kandung kemih (Muttaqin,
2011).
Tumor ganas kandung
kemih sekitar 90% adalah karsinoma sel transisional. Kurang lebih 10% berupa
karsinoma skuamosa dan jarang ssekali adenokarsinoma yang berasal dari jaringan
urakus. Derajat keganasan ditentukan oleh tingkat diferensiasi dan penetrasi ke
dalam dinding atau jaringan sekitar kandung kemih. (Sjamsuhidajat, 2004)
b. Etiologi
Faktor yang
mempengaruhi terjadinya adalah zat karsinogen, baik eksogen dari rokok atau
bahan kimia maupun endogen dari hasil metabolisme. Penyebab lain diduga akibat
pemakaian analgetik, sitostatik, dan iritasi kronik oleh batu, sistosomiasis,
atau radiasi. Perbandingan lelaki dengan perempuan 4:1 (Sjamsuhidajat, 2004).
Penyebab pasti masih
belum diketahui, 80% dari kasus kanker kandung kemih berhubungan dengan paparan
lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa kanker kandung secara potensial dapat
dicegah (Muttaqin, 2011). Sedangkan menurut Nursalam, 2008
penyebabnya yaitu Infeksi saluran kemih seperti E. Colli dan proteus
spp yang menghasilkan nitrosamine sebagai zat karsinogen selain itu sering
mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung sakarin dan siklamat, serta
pemakai obat – obatan siklofosfamid melalui intravesika, fenasetin, opium, dan
antituberkulosis INH dalam jangka waktu lama.
c. Patafisiology
Karsinoma kandung
kemih yang masih dini merupakan tumor superfisial. Tumor ini lama - kelamaan
dapat mengadakan infiltrasi ke lamina propria, otot, dan lemak perivesika yang
kemudian menyebar langsung ke jaringan sekitarnya. Tumor dapat menyebar secara
limfogen maupun hamatogen. Penyebaran limfogen menuju kelenjar limfe,
obturator, iliaka eksterna, dan iliaka komunis, sedangkan penyebaran hematogen
paling sering ke hepar, paru, dan tulang (Nursalam, 2008).
d. Manifestasi Klinis
Gejala utama adalah
hematuria makroskopik atau mikroskopoik, biasanya intermitten, dan sering tanpa
nyeri. Terdapat gejala iritasi, yakni disuria, tidak dapat menahan
kemih, dan polakisuria (Sjamsuhidajat, 2004). Sedangkan menurut Nursalam, 2008 meskipun sering kali
karsinoma kandung kemih tanpa disertai gejala disuria, pada karsinoma in situ
atau karsinoma yang sudah mengadakan infiltrasi luas, tidak jarang terjadi
gejala iritasi kandung kemih, yaitu disuria, polakisuria, frekuensi, dan
urgensi. Hematuria dapat menimbulkan keluhan retensi bekuan darah.
Keluhan akibat penyakit yang telah lanjut berupa gejala obstruksi saluran kemih
bagian atas atau edema tungkai, disebabkan adanya penekanan aliran limfe oleh
massa tumor atau kelenjar limfe yang membesar di daerah pelvis.
e. Komplikasi
Komplikasi pembedhan
meliputi peredaran dan infeksi, efek samping dari radiasi dapat menimbulkan
striktur pada ureter, uretra, atau kolon. Komplikasi lain dikaitkan dengan
daerah metastase penyakit.
f. Pemeriksaan Penunjang
Menurut
Muttaqin, 2011 pemeriksaan yang dilakukan yaitu:
1. Laboratorium : Urinalisis
pemeriksaan makroskopis didapatkan adanya darah dalam urine. Pemeriksaan
mikroskopis menunjukkan sel – sel darah merah. Kultur urine untuk mendetksi
adanya ISK, Hb menurun karena kehilangan darah, infeksi, uremia,
leukositosis, Acid phospatase meningkat, ACTH meningkat, Alkaline
phosphatase meningkat, SGPT-SGOT meningkat
2. USG : Sebelum pemeriksaan,
pasien dipuasakan untuk meminimalkan gas di usus yang dapat menghalangi
pemeriksaan. Pemeriksaan USG merupakan pemeriksaan yang tidak invasive yang dapat
menilai bentuk dan kelainan dari buli.
3. Radiologi
a. IVP menunjukkan adanya massa pada buli.
b. Franctionated cystogram adanya invasi tumor dalam dinding buli – buli.
c. CT-Scan untuk menilai besar dan letak tumor.
4. Sistokopi dan Biopsi
Dilakukan
untuk melihat kandung kemih secara langsung dan mengambil contoh jaringan untuk
pemeriksaan mikroskopik.
Menurut Nursalam, 2008 yaitu:
5. Palpasi Bimanual
Palpasi
bimanual dikerjakan dengan narkose umum (supaya otot kandung kemih rileks) pada
saat sebelum dan sesudah intervensi TUR kandung keemih. Jari telunjuk kanan
melakukan colok dubur atau colok vagina sedangkan tangan kiri melakukan palpasi
kandung kemih di daerah supra simpisis untuk memperkirakan luasinfiltrasi tumor
(Nursalam, 2008).
6. Pencitraan
Pemeriksaan
IVP dapat mendeteksi adanya tumor kandung kemih berupa Filling defect 6, tumor
sel transisional yang berada pada ureter atau pielum, dan adanya hidroureter
atau muara ureter. CT scan atau MRI berguna untuk menentukan ekstensi tumor ke
organ sekiranya (Nursalam, 2008)
g. Penatalaksanaan
1.
Penatalaksanaan Medis
Kemoterapi
intravesikal atau immunoterapi dianjurkan. Tiopeta, mitomicin, dan
doksorubinsin adalah agen yang telah digunakan untuk pengobatan intravesikal. (Heri
Saputra, 2010)
Terapi laser juga
sebuah terapi yang mungkin untuk klien dengan lesi kecil. Reseksi kandung kemih
segmental digunakan untuk tumor besar dan tunggal pada puncak kandung kemih
atau dinding lateral atau untuk adenokarsinoma.
Ketika tumor itu
incasif atau tidak dapat ditangani atau dikontrol dengan pendekatan yang
konservatif, sistektomi adalah pengobatan pilihan. Sistektomi sederhana pada
seorang pria meliputi pengangkatan kandung kemih, prostate dan vesicaurinaria;
sedangkan pada seorang wanita meliputi pengangkatan kandung kemih dan uretra.
Iversi urinarius setelah sistektomi dapat dicapai dengan menggunakan sebuah
segmen ileum untuk membentuk sebuah salauran antara ureter dan abdomen
eksternal. Pilihan lain bagi klien mungkin pembentukan reservoir ileum kontinen
yang tidak membutuhkan apparatus penampungan eksternal. (Heri Saputra, 2010).
Terapi radiasi untuk kanker
kandung kemih sebagai modalitas penatalaksanaan tunggal, untuk penyakit
invasive yang mempeunyai kemungkinan sembuh rta-rata 16-30%, ini lebih rendah
daripada penatalaksanaan sistektomi, tetapi radiasi dapat digunakan pada klien
yang tidak ditangani dengan pembedahan. Tidak ada regimen kemoterapi pasti yang
telah dianjurkan untuk pengobatan kanker kemih tahap lanjut. (Heri Saputra,
2010).
2.
Penatalaksanaan Keperawatan
a.
Pengkajian menurut Nursalam 2008
Pemeriksaan khusus pada pola eliminasi:
- Adanya hematuria, gejala iritasi saat berkemih, faktor risiko (khususnya riwayat merokok), penurunan BB, kelelahan, dan tanda metastase
- Bagaimana kemampuan koping dan pengetahuan tentang penyakit, adanya nyeri
- Perubahan warna urine contoh kuning pekat, merah, coklat.
b.
Diagnosa , intervensi dan rasional keperawatan
1. Nyeri b.d inflamasi kandung kemih
Tujuan:
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri dapat teratasi.
a. Tingkat kemanan Control nyeri
b. Nyeri: efek yang
rusak
c.
|
Mampu mengontrol
nyeri ( tahu penyebab nyeri, mampu mneggunakan tehknik non farmalogi, untuk mengurangi
nyeri, mencari bantuan )
d. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
menejemen nyeri
e. Mampu mengenal nyeri ( skala, intensitas , frekuensi
dan tanda nyeri)
f.
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
g. Tanda vital dalam rentang normal
Intervensi
|
Rasional
|
Monitor
derajat nyeri setiap hari
Monitor
faktor yang dapat meningkatkan nyeri.
Anjurkan klien
untuk menghindari berbagai tindakan yang dapat menimbulkan nyeri.
Ajarkan berbagai teknik
distraksi.
Kolaborasi
pemberian analgetik
|
Nyeri dapat
ditentukan dengan menggunakan skala nyeri 1-10. Nyeri yang meningkat mungkin
disebabkan oleh infeksi kelenjar atau sumbatan kelenjar.
Nyeri dapat
meningkatkan karena pengaruh infeksi,manifulasi fisik terhadap lokasi
mata, atau reaksi terhadap bahan iritan (salep atau obat dan kosmetik
meningkatkan
kenyaman, mencegah trauma, dan komplikasi nsekunder gangguan mata.
Distraksi visual
seperti membaca, menggambar, distraksi auditorikseperti mendengar radio,
dapat dilakukan untuk mengurang nyeri.
Mengurangi nyeri
(Tamsuri
Anas, 2010)
|
2. Gangguan pola eliminasi urine b.d retensi urine, efek
sekunder dari obstruksi saluran kemih
Tujuan:
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pengeluaran urine normal.
Mengosongkan kandung
kemih secara teratur dan tuntas.
Kriteria hasil:
c) Mampu mengosongkan kandung kemih.
d) Mampu mengontrol pengeluaran urine.
intervensi
|
Rasional
|
||
Observasi dan catat
jumlah/frekuensi berkemih.
Lakukan palpasi
terhadap adanya distensi kandung kemih.
Berikan stimulasi
terhadap pengosongan urine dengan mengalirkan air, letakkan air hangat dan
dingin secara bergantian pada daerah suprapubis, letakkan tangan dalam air
hangat sesuai kebutuhan.
|
Menentukan apakah
kantung kemih dikosongkan dan saat kapan intrvensi itu diperlukan.
Dapat menandakan
adanya retensi urine.
Meningkatkan proses
perkemihan dengan merelaksasikan sfingter urine.
|
3.
|
Infeksi
b.d penurunan imunitas pasca/kemoterapi dan radiasi pasca bedah.
Tujuan:
- Immune status
- Knowledge: infection control
- Risk control
Kriteria
hasil:
- Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
- Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan serta tata laksananya
- Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
- Jumlah leukosit dalam batas normal
- Menunjukkan perilaku hidup sehat
Intervensi
|
Rasional
|
Berikan perawatan
aseptik dan antiseptik, pertahankan teknik cuci tangan yang baik.
Observasi daerah
kulit yang mengalami perusakan (seperti luka, garis jahitan).
Pantau suhu tubuh
secara teratur.
Berikan perawatan
perineal.
Anjurkan untuk
nafas dalam.
|
Cara pertama untuk
menghindari terjadinya infeksi nosokomial.
Deteksi dini
perkembangan infeksi memungkinkan untuk melakukan tindakan dengan segera dan
pencegahan terhadap komplikasi selanjutnya.
Dapat
mengindikasikan perkembangan sepsis yang selanjutnya. Memerlukan
evaluasi/tindakan dengan segera.
Menurunkan
kemungkinan terjadinya pertumbuhan bakteri atau infeksi yang merambah baik.
Peningkatan
mobilisasi dan pembersiha sekresi paru untuk menurunkan resiko terjadinya
pneumonia, atelektasis.
|
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan
uraian di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa:
a. Tumor ginjal adalah tumor padat yang berasal dari
urotelium, yaitu karsinoma sel transional atau yang berasal dari sel epitel
ginjal
b. Penyebab tumor ginjal yaitu faktor lingkungan dan
genetic yang menjadi predisposisi terbentuknya tumor sel ginjal
c. Terjadinya tumor ginjal dimulai dengan pertumbuhan sel
yang terus-menerus tanpa batas yang disebut tumor. Sehingga tumor makin
lama makin besar dan mendesak jaringan sekitarnya. Pada saat pertumbuhan sel
tersebut berubah kearah yang cepat, saat itulah tumor berubah menjadi ganas
yang disebut kanker
d. Manifestasi
klinis penyakit tumor ginjal yaitu lemah, anemia, BB menurun, dan demam akibat
efek sistemik kanker ginjal.
e. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penyakit
tumor ginjal adalah USG, CT-scan atau MRI, pemeriksaan darah, dan pemeriksaan
urin
f. Penatalaksanaan penyakit tumor ginjal adalah dilakukan
tindakan Nefrektomi ,yaitu mengangkat ginjal beserta kapsul Gerota. Masalah
keperawatan yang muncul diantaranya hipertermi,gangguan eliminasi urin dan
nyeri.
g. Tumor vessika urinaria adalah tumor vessika urinaria
adalah pertumbuhan sel yang terjadi terus menerus dan tak terkendali pada
kandung kemih dan kebanyakan menyerang laki-laki berusia di atas 50 tahun
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pengkajian menurut Nursalam , 2008
Pengkajian pada
pasien tumor ginjal
DS:
melaporkan cemas pada penyakitnya, rasa nyeri, perubahan pola eliminasi
DO:
nyeri saat palpasi di daerah pinggul, wajah meringis, menahan sakit, teraba
massa di pinggul saat palpasi , kenaikan suhu tubuh.sulit tidur dan istirahat,
perubahan tanda vital, penurunan berat badan.
b.
Diagnosa , intervensi dan rasional keperawatan
- Nyeri b.d spasme otot punggung dan abdomen, peregangan dari terminal saraf skunder dari infasi tumor kedalam organ lain, sumbatan aliran urine, massa tumor yang menyebabkan peregangan kapsula fibrosa ginjal, bekuan darah massal sel tumor bergerak turun melaui ureter. (Muttaqin, 2011).
Tujuan ::
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri dapat teratasi.
a) Tingkat kemanan
Control nyeri
b) Nyeri: efek yang rusak
c) Mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri, mampu
mneggunakan tehknik non farmalogi, untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan )
d) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
menejemen nyeri
e) Mampu mengenal nyeri ( skala, intensitas , frekuensi
dan tanda nyeri)
f) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
g) Tanda vital dalam rentang normal
Intervensi
|
Rasional
|
||
Pain manajement
Monitor secara
komprehensif tentang nyeri, meliputi lokasi, karakteristik, dan onset durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri dan faktor – faktor presipitas.
Anjurkan pasien
untuk memonitor nyeri sendiri.
Anjurkan penggunaan
keterampilan manajemen nyeri (misal: teknik relaksasi, dan bimbingan
imajinasi)
Berikan informasi,
seperti: penyebab, berapa lama terjadi, dan tingkatan pencegahan.
Observasi cemas,
menangis gelisah, dan gangguan pola tidur.
Analgenik administration
Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum memberi obat.
Catat karakteristik
nyeri.
Monitor keluhan
nyeri, perhatikan lokasi, lamanya, dan intensitas (skala 0 – 10).
Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri.
|
Dapat membantu
merelaksasikan ketegangan otot yang meningkatkan reduksi nyeri atau rasa
tidak nyaman tersebut.
Menurunkan gerakan
yang dapat meningkatkan nyeri.
Memungkinkan pasien
untuk berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa kontrol.
Informasi
memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan
intervensi.
Petunjuk nonverbal
ini dapat mengindikasikan adanya derajat nyeri yang dialami.
Dapat membantu
menghilangkan spasme/nyeri otot atau untuk menghilangkan ansietas dan
meningkatkan istirahat.
Perubahan
berat/lamanya dapat mengindikasikan kemajuan proses penyakit/terjadinya
komplikasi.
Membantu dalam mengidentifikasi
derajat ketidaknyamanan dan kebutuhan untuk/keefektifan analgesik.
Analgesia dikontrol
pasien sehingga pemberian obat tepat waktu, dan dapat mencegah nyeri.
|
2. Hipertermi b.d peningkatan laju metabolisme sekunder
dari respons sistemik metastasis kanker ginjal ke organ lain. (Muttaqin, 2011)
NOC: Thermolegulation
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam suhu tubuh, nadi dan RR normal.
Kriteria hasil:
a) Suhu tubuh dalam rentang normal.
b) Nadi dan RR dalam rentang normal.
c) Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing,
merasa nyaman.
(NIC & NOC, 2007
– 2008)
Intervensi
|
Rasional
|
Berikan kompres
pada pasien.
Tingkatkan
sirkulasi udara.
Berikan
antipiretik.
Selimuti pasien.
(NIC & NOC,
2007 – 2008)
|
Dapat membantu
mengurangi demam.
Suhu ruangan/jumlah
selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.
Untuk mengurangi
demam.
Digunakan untuk
mengurangi demam umumnya lebih besar dari 39,5 – 40 derajat celcius.
(Doenges, 1999)
|
- Gangguan pemenuhan eliminasi urine b.d retensi urine, efek sekunder dari obstruksi saluran kemih dari tumor ginjal. (Muttaqin, 2011)
Tujuan:
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pengeluaran urine normal.
Mengosongkan kandung
kemih secara teratur dan tuntas.
Kriteria hasil:
a)
Mampu
mengosongkan kandung kemih.
b) Mampu mengontrol pengeluaran urine.
intervensi
|
Rasional
|
Observasi dan catat
jumlah/frekuensi berkemih.
Lakukan palpasi
terhadap adanya distensi kandung kemih.
Tingkatkan
pemberian cairan.
Berikan stimulasi
terhadap pengosongan urine dengan mengalirkan air, letakkan air hangat dan
dingin secara bergantian pada daerah suprapubis, letakkan tangan dalam air
hangat sesuai kebutuhan.
|
Menentukan apakah
kantung kemih dikosongkan dan saat kapan intrvensi itu diperlukan.
Dapat menandakan
adanya retensi urine.
Mempertahankan
fungsi ginjal.
Meningkatkan proses
perkemihan dengan merelaksasikan sfingter urine.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar